JANGANLAH BUNUH DIRI
SEBUAH FIRMAN ALLAH
Hukum memotong Kuku/Rambut di saat Haid
Saya pernah dengar bahwa wanita haidh, nifas, & (junub) dilarang masuk masjid, tapi ada rekan saya yang bersikukuh boleh. Ketika saya tanya pada salah satu ustad yang ceramah dalam majlis taklim, dia juga mengatakan boleh. Tapi saya penasaran ingin dapat keterangan / dalil yang melarang. Alhamdulillah ketika saya bc alKisah edisi th 2009 ( baru) ada rubrik tambahan dan kebetulan sangat saya cari dan saya semkain yakin dengan keyakinan saya. Tapi saya punya pertanyaan: apa betul wanita haidh/nifas dilarang memotong kuku/rambut bahkan rambut yang putus harus dikumpulkan dan dimandikan ketika mandi (janabat). Terimakasih, semoga antum selalu dalam lindungan Allah SWT. Aaamin... Irma Aljufri (Alamat di amplop: Blok Kaum no. 225 , Kalijati Barat, Subang, 41271)
Wass.. memang benar yang anti dengar dari ustad tersebut bahwasanya boleh bagi wanita yang sedang haid,nifas atau junub untuk masuk ke dalam masjid dan itu menurut pendapat sebagian madzhab imam ahmad bin hambal dan madzhab imam dawud addhihiry, akan tetapi hal itu bukan didalam madzhab yang kita anut yaiitu madzhab imam syafii RA sebagaiman hal itu madzhab mayoritas kaum muslimin di Negara kita Indonesia ini yang kita warisi dari para wali songo, sedangkan kita sebagai seorang mugollid diwajibkan untuk konsisten dengan madzhab yang kita anut tidak boleh mencampur adukkan antara pendapat pendapat imam imam madzhab tersebut, dan memang kita dibebaskan untuk mengikuti madzhab yang mana saja dari empat madzhab yang ada asalkan jangan yang kelima hanya empat madzhab tersebut, akan tetapi kalau mentalfik yaitu mengikuti sebagian dan tidak mengikuti bagian lainnya alias mengambil yang enak enak saja maka hal itu tidak boleh dengan kesepakatan para ulama, kecuali dalam masalah masalah tertentu dimana kita merasakan sempit atau berat kita lakukan dalam madzhab kita misalnya ketika kita melaksanakan towaf dimana jika kita mengikuti madzhab kita (batal jika menyentuh perempuan yang bukan mahrom ) hal itu sulit untuk kita terapkan di saat kita sedang menjalankan ibadah haji dengan banyaknya oran pada waktu itu dan jauhnya tempat untuk berwudlu ’ , maka boleh berpindah madzhab lainnya dalam masalah tersebut asalkan memenuhi sarat sarat berikut ini sebagaimana hal itu disebutkan dalam kitab bughyatul mustarsydin karangan habib Abdurrahman almayshur: 1. Dia harus memahami dengan jelas masalah tersebut dalam madzhab yang sekarang sedang bertaglid kepadanya dari mulai sarat saratnya dan lain lain. 2. Dia tidak mengambil yang lebih memudahkan baginya dari madzhab madzhab yang empat. 3. Dia tidak melakukan talfik yaitu mencampur adukkan antara dimana dalam masalah tersebut masing masing madzhab tidak membolehkan halite misalnya dia ingin berwudlu ’ dengan cara madzhab imam syafiiy tapi dia ikut madzhab imam malik dalam tidak batal wudlu ’nya ketika menyentuh seorang wanita yang bukan mahrom, karena kalau ikut madzhab imam syafiiy batal wudlu ’nya dan tidak bias mengikuti madzhab imam malik dalam hal itu karena wudlu ’nya dengan cara seperti itu tidak sah dalam madzhab imam malik, jadi kesimpulannya jika tidak mau batal wudlu ’nya karena mengikuti madzhab imam maliki maka cara wudlu ’nyapun harus dengan cara wudlu’ imam maliki yaitu harus mengusap semua kepala dan rambut dan harus menekan setiap mencuci anggota wudlu ’ serta harus melakukan muwalah ketika berwudlu’. 4. Dalam masalah yang sekarang sedang bertaglid dengan madzhab lainnya bukan termasuk yang membatalkan keputusan seorang hakim. Adapun masalah memotong rambut dan kuku ketika sedang haid atau junub , memang sebaiknya dipotongnya setelah dia suci dari haid atau junubnya , akan tetapi kalau terpaksa maka ya gak apa apa dipotong saat itu dan tidak perlu disimpan untuk nantinya disucikan bersamaan ketika mandi suci , memang ada hadisnya yang berupa ancaman bagi mereka yang tidak mensucika bagian anggota badannya ketika dia suci yaitu hadi berikut ini: نع يلع يضر هللا هنع لاق :تعمس لوسر هللا لص هللا هيلع ملسو لوقي نم كرت )عضوم( ةرعش نم ةبانج مل اهبصي أملا لعف هللا هب اذك اذكو نم رانلا , لاق يلع نمف مث تيداع يرعش , ناكو هزجي هاور دمحأ وبأو دواد Berkata sayyidina ali karromalllohu wajhah “aku mendengar nabi SAW bersabda barang siapa yang meninggalkan satu tempat dari rambutnya tidak terkena air ketika mandi dari janabah maka alloh akan memberinya siksaan begini begini dalam neraka “ maka kata imam ali mulai saat itu gundul kepalaku karena takut akan ancaman tersebut. Akan tetapi hadis tersebut tidak diambil sebagai dalil oleh imam syafii RA jadi hukumnya tidak apa apa memotong kuku atau rambut pada waktu haid atau junub Cuma lebih baik diakhirkan hing dia suci dari haid atau junaubnya dan kalau terpaksa tidak apap memotongnya pada waktu itu. Semoga penjelasan ini membuka wawasan kita sehingga kita tidak menjadi seseorang yang fanatik dengan madzhab kita hingga meremehkan atau judtru menyalahkan madzhab yang lainnya karena semua madzhab yang empat berdasarkan alqur ’an , alhadis, ijma’ para ulama’ dan qiyas
JANGAN TAKUT MELAWAN IBLIS
1. Rincian Program Iblis Allah telah menjelaskan bahan penciptaan iblis, firman Allah : " Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas". ( QS. Al - Hijr : 27).
Api mempunyai beberapa sifat :
1.1. Kibr( Sombong ) Al-Qur'an telah menyatakan bahwa api memiliki sifat kibr. Sifat ini terlihat ketika api selalu ingin membesar dan meninggi menjulang. Dalam kisah Al-Qur'ani kita dapati bahwa setan memperlihatkan sifat ini tatkala disuruh sujud kepada Adam. Ia menolak untuk sujud sehingga diusir Allah. aka Rasulullah menyatakan bahwa kesombongan yang dimiliki seseorang jelas2 sama dengan yang dipunyai iblis. Beliau bersabda : "Kibr (sombong) itu menampik kebenaran dan memandang remeh orang lain" (HR. Muslim & At - Tirmizi). Pengertian 'menampik kebenaran' adalah tidak mau menerima dan tidak mau tunduk kepadanya. Sedangkan maksud 'meremehkan oranglain' yaitu merendahkannya dan mengurangi kedudukan da hak-haknya. Kedua sifat ini terlihat pada penolakan iblis untuk sujud kepada Adam dan pernyataannya bahwa ia lebih baik dari Adam, karena diciptakan dari api. 1.2. Tergesa-gesa dan dendam Sifat lain dari api adalah cepat dan terburu-buru. Imam Al- Qurthubi menuturkan " Para orang2 bijak berujar, 'Diantara sifat api ini ialah ringan, selalu bergerak cepat, tajam/ menyakitkan dan menyerang seenaknya. Sifat ini terkumpul pada api yang diistilahkan dengan "tergesa-gesa dan dendam". Rasulullah mengingatkan kita dengan sabdanya : " Pelan-pelan itu dari Allah dan terburu-buru itu dari setan ". (Shahih Jami' As-Shaghir) Maksud "at-ta'annii " (pelan- pelan) disini bukan lambat menunda-nunda berbuat kebajikan, tetapi maksudnya menimbang masak2 perbuatan yang aka dikerjakan, yakni tidak cepat2 mengerjekan suatu pekerjaan kecuali setelah mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkannya. Maksud " al-ajalah " (tergesa- gesa) maksudnya yaitu pendeknya pandangan dan pertimbangan tentang akibat suatu perbuatan yang akan diperbuat. Watak dari sifat kibr (sombong) ialah ia nyaris tidak muncul kecuali jika didahului oleh sikap buru2 , gegabah dan serampangan (pendeknya [pandangan dan pertimbangan). 1.3. Membakar dan Membinasakan Bertolak dari sifat api ini, sang iblis berkata lancang kepada Allah sebagai penciptanya: "Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, sungguh aku benar2 akan (manghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus " (Al-A'raf : 16)
Iblis telah bertekad untuk memutus jalan setiap orang yang menuju iman dan ridha Allah. Iblis juga menyebar tentaranya untuk merintangi mereka. "Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kedapatan mereka bersyukur taat)" ( Al-A'raf : 17 )
Begitulah seterusnya, setan menghalangi manusia dan mencegahnya di setiap jalan yang ditaopakinya dengan berbagai cara. Bila si hamba tersebut lemah keyakinannya, maka ia akan tergoda dan ikut kepadanya sampai menjadi tawanannya lalu setan itu menampakan berbagai siksaan yang membuat si hamba tidak mengenal jalan lurus yang mengantarkannya kepada akhir kehidupan. Iblis terkutuk membagi langkahnya menjadi dua : 1. Menghiasi kemaksiatan sehingga tampak begitu indah dan menyesatkan. Maksud menghiasi kemaksiatan adalah memperlihatkannya dalam bentuk berbeda dari yang sebenarnya. Langkah pertama ini telaah ia teguhkan di bumi dan telah ia petik buahnya yang tidak sedikit dan masih akan ia petik. Iblis telah menghiasi kemaksiatan dengan busana "seni" untuk para penari, penyanyi wanita, pezina dan wanita yang suka membuka aurat. 2. Menyesatkan manusia sebagai buah dari langkah pertama, walau pun manusia tersebut sudah menempel dengan haq seperti menempelnya tangan dan badan. " Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula). di antaranya lagi awan, gelap gulita yang tindih bertindih. Apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah ia dapat melihatnya" ( An-Nur : 40)
Itulah ancaman Iblis kepada anak cucu Adam. Ia bertekad menguasai mereka. Dalam kitab suci-Nya mengabarkan kepada kita bahwa manusia dapat menjauhkan diri dari jalan kebatilan dan mengambiljalur al-haq, " Dan (demi) jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, danmerugilah orang yang mengotorinya " ( Asy -Syams : 7 - 10).
Dan Allah menegaskan, "an Kami telah neunjukan kepadanya 2 jalan" (Al-Balad : 10).
Maka muncul sunnatullah (sndang-undang Allah) di dunia yaitu hadirnya 2
kelompok, kelompok kebenaran dan kelompok kebatilan. Dengan demikian, ada manusia yang ( dikecualikan diselamatkan) oleh Allah dari tipu daya setan. Dalam program penyesatan manusia oleh setan, ada manusia yang tidak dapat disesatkan sebagaimana dinyataakan sendiri oleh setan, " Niscaya aku akan benar2 menyesatkan keturunannya kecuali sebagian kecil " ( Al-Isra' : 62).
Kelompok minoritas ini tidak akan dapat dimangsa setan. Itulah para hamba Allah yang mengarungi samudera Al-Haq (yang ikhlas) yang tidak akan tenggelam selamanya. Mereka adalah tentara Allah yang tidak akan dikalahkan oleh setan. Setan juga berkata, "..... kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas dari mereka " ( Ar-Ra'd : 40).
Dengan demikian "IKHLAS adalah PENYELAMAT SANG HAMBA DARI TIPU DAYA SETAN ". ikhlas adalah mengerjakan amal shaleh karena Allah semata tanpa dicampur sedikit pun dengan motivasi karena hawa nafsu, istri/suami, anak, jarta dan sejenisnya. Wallahu 'Allam Selanjutnya ...... SIFAT - SIFAT IBLIS
PANTASKAH KITA BENGHARAP SURGA
Bismillahir Rohmanir Rohiim Ya Allah, tak pantas rasanya hamba masuk ke Surga-Mu, Namun tak kuat jua diri ini menanggung azab di Neraka- Mu Maka ampunillah dosaku dengan Rahman dan Rahim- Mu. Amin … Assalamu 'Alaykum wr.wbr. Apa Pantas Berharap Surga? Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk. Sholat lima waktu? Sudah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek-pendek pula... Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, dilipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu. Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib. Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan ..... "Kalau tidak terlambat" atau "Asal nggak bangun kesiangan". Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah? Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya.... dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah. Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya. Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap ... Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas ... menuju sumber panggilan, .... kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh.... di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata. Baca Qur'an sesempatnya Tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar,padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ..... ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya. Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, kadang sibuk, dan kadang malas. Subhanallah......soulmate antara Al Qur'anul Kariim dan Tasbih yang tak pernah lepas..terpisah jauh dari genggaman, andai saja ada manusia seperti ini mungkin takkan ada kebencian, kemurkaan dan keangkaraan yang menghiasi hidupnya...karena hidup ini terasa lebih bermakan jika kita hidup bersama dengan Mushaf dan Tasbiih..... Allahuu Yaa Kariim. Apakah dengan begini kita sudah mengaku beriman dengan sebenarnya ? Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka ... untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah. Sesekali mereka terhenti, ......tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam .... dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya. Tak jarang mereka hiasi Al Qur’an di tangan mereka dengan tetes air mata. Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah .... bahwa mereka jatuh karena lidah- lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi. Bersedekah jarang, begitu juga infak Kalau pun ada, itu pun dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh. Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah hitung-hitung ikut meramaikan. Sudahlah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum. Apa sih susahnya senyum ? Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah ….? Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan semata dimiliki Khadijah, Aisyah, dan istri-istri beliau yang lain.Juga bukan teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya. Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya,... bahkan kepada musuhnya sekali pun.Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, .... ya tetangga sebelah kiri. Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh temeh,tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan. Astaghfirullahal Adziim..Naudzubillah Mindzaliik … Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri. Detik demi detik dada ini terus jengkel... setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka...atau mendapatkan bencana. Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini ? Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak ? Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak. Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah Indah pula. (wajah indah dalam artian cantik akhlak & ibadah loh yaa,,,xixiii ) Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu? Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri ? Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalah lagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah. Padahal mereka tak butuh apa pun ... selain sikap ramah penuh kasih dari anak- anak yang telah mereka besarkan ... dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah. Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah? Membingkai Nama-Nya selalu dalam hati kita agar cinta pada-Nya tak pernah pudar... Dari Ridha orang tua lah, Ridha Allah dapat diraih. Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut sebagai tempat kita merengkuh surga. Bukankah Rasulullah yang tak beribu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu, bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah? Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan? Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu. Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu... hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka ? Jangan tunggu penyesalan. .....!!! Bagaimanakah sikap kita ketika bersimpuh di pangkuan orang tua .... ketika Idul Fitri yang baru berlalu ....??? Apakah hari itu....hanya hari biasa yang dibiarkan berlalu tanpa makna...... ..??? Apakah siang harinya....kita sudah mengantuk....dan akhirnya tertidur lelap. .? Apakah kita merasa sulit tuk meneteskan air mata...??? atau bahkan kita menganggap cengeng......??? sampai sekeras itukah hati kita....??? Ya Allah ....Ya Rabb- ku......jangan Kau palingkan hati hamba menjadi hati yg keras......, sehingga meneteskan air mata pun susah......., merasa bersih......merasa suci.... merasa tak bersalah......merasa tak butuh orang lain...... merasa modernis.....dan visionis......... Padahal dibalik cermin masa depan yang kami banggakan..... terlukis bayang hampa tanpa makna.....dan kebahagiaan semu penuh ragu..... Astaghfirullaah ......Yaa Allah...ampunilah segenap khilaf hamba. Amin Yaa Robbal Alamiin. Sekarang mungkin saatnya kita memilih untuk menggapai tempat yang abadi : S U R G A : " Subhanallah....inilah jalan bagi orang-orang yang senantiasa berjalan sesuai dengan perintah-Nya....pintu ke Neraka akan ditutup untuknya dan pintu ke surga akan dibentangkan jalan yang begitu indah dan lapang...., Mau kesana...???? pilihlah & ikutilah jalan yang benar...!!! agar kita dapat menuju negeri impian yang abadi......" Atau NERAKA...??? Inilah sebuah tempat keabadian yang telah disiapkan Allah swt bagi ummat yang membangkang akan segala perintah & larangan-Nya..Juga bagi pencinta duniawi dengan melalaikan segala kehidupan yang bakal dilalui di akhirat kelak. Semua kembali pada diri kita sendiri.....Wallahu'allam Bisshowwab.
HATIKU IRI PADA MATA HARI DAN REMBULAN
Sungguh aku benar-benar iri Kepada matahari dengan sinarnya dibuat isi dunia hidup Sungguh aku benar-benar iri Dengan rembulan dengan cahayanya dibuat malam menjadi indah
Ketika keduanya saling memandang Kepada Dunia dan membuka Pembicaraan dengan kasih sayang Aku berharap seandainya keduanya Meminjam hatiku Dan menjadikannya
keteduhan dalam hidup Untuk semesta nan indah Dia mengajarkan
kasih sayang Kepada kita Maka Bumi berteriak Ajarkanlah kepada
seisi perutku Kasih sayang terhadapnya bisa berakibat damai
Sementara kesabaran dalam diri
Menjadikan yang lain menjadi iri
Apabila sang semesta sakit Dan kasih sayangnya yang panjang kepada isinya ternodai Maka di tempat penyakit itulah Terdapat obatnya Apabila pada suatu hari obat tabib Tidak mampu
menyembuhkannya Maka obatnya hanyalah kita Cukup dengan menyayanginya
BISMILLAH
Dalam Hadits Rasulullah saw bersabda, “ Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “ Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah )”. Dalam keseharian kita tentunya selalu melakukan kegiatan dan aktivitas, tanpa kegiatan dan aktivitas kehidupan kita akan hampa, hambar dan tidak produktif. Kegiatan tersebut bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kantor, di jalan, di warung, di pasar, di sekolah dan ditempat-tempat lainnya. Dan – bagi orang beriman- kegiatan atau aktivitas adalah sarana menebar kebajikan, baik kata maupun perbuatan selalu memberikan kebaikan pada dirinya dan orang lain. Bukankah Rasulullah saw mengumpamakan jati diri seorang muslim seperti seekor lebah. Makanan yang dimakan adalah baik dan yang dikeluarkan pun baik, lebah hinggap atau tinggal tidak pernah merusak yang lainnya. Namun kadangkala kebanyakan dari kita tidak sadar memulai segala aktivitas atau kegiatan tanpa mengucapkan membaca kalimat bismillah, padahal diterima atau tidak amal perbuatan seseorang bergantung pada kalimat tersebut. Ketika bangun tidur sudahkah kita mengucapkan alhamdulillah dan memulai aktivitas hari itu dengan bismillah? Ketika akan mandi, berpakaian, sarapan pagi sudahkah kita memulainya dengan bismillah? Ketika akan berangkat ke kantor, keluar dari rumah, naik kendaraan sudahkah kita memulainya dengan bismillah? Ketika di kantor, sudahkah ketika kita masuk ruangan kantor, menyalakan komputer, membuka berkas atau file, membuka rapat, menulis, membaca memulainya dengan bismillah? Begitu banyak lagi aktivitas yang kita lakukan dalam keseharian kita, namun sudahkan kita memulainya dengan bismillah?? Kadang kita menganggap hal tersebut adalah sepele, padahal di sisi Allah merupakan kebaikan yang bernilai besar, diberkahi atau tidaknya perbuatan dan aktivitas seseorang tergantung pada saat memulainya. Sebenarnya apa sih keistimewaan dari bismillah sehingga Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan kepada kita untuk memulai segala aktivitas, perbuatan dan kegiatan dengan membaca bismillah? Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa “bismillah merupakan inti kandungan ajaran Islam ” karena di situ ada unsur keyakinan terhadap Allah yang telah memberikan kekuatan sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas yang diinginkan, pangakuan akan ketidakberdayaan seseorang di hadapan Allah Taala. “La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah). Apalagi kalau bacaannya kita sempurnakan dengan kata bismillahirrahmanirrahim maka kita telah meyakini akan kebesaran Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia, kasih sayang dan rahimnya kepada seluruh makhluk-Nya. Jika kita runut secara bahasa, maka akan kita dapatkan keagungan kalimat bismillahirrahmanirrahim. kata Bismillah misalnya merupakan tiga rangkaian kata yang mengandung arti yang agung yaitu Ba (bi), Ism, dan Allah. 1. Huruf ba yang dibaca bi di sini mengandung dua arti: Pertama: huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “ dengan” menyimpan satu kata yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas dalam benak ketika mengucapkan basmalah, yaitu memulai. Sehingga bismillah berarti “ saya atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap. Atau dapat juga diartikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah Mulailah dengan nama Allah!”. Kedua: huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “ dengan” itu, dikaitkan dalam benak dengan kata “ kekuasaan dan pertolongan”. Pengucap basmalah seakan-akan berkata, “ dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana ”. Pengucapnya seharusnya sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi pada saat yang sama –setelah menghayati arti basmalah ini – ia memiliki kekuatan dan rasa percaya diri karena ketika itu dia telah menyandarkan dirinya dan bermohon bantuan Allah Yang Maha Kuasa itu. 2. Kata Ism setelah huruf bi terambil dari kata as-sumuw yang berarti tinggi dan mulia atau dari kata as-simah yang berarti yang berarti tanda. Kata ini biasa diterjemahkan dengan nama. Nama disebut ism, karena ia seharusnya dijunjung tinggi atau karena ia menjadi tanda bagi sesuatu. Syaikh Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan dengan penyebutan nama di sini berarti dirinya memulai pekerjaan dengan nama Allah dan atas perintahnya bukan atas dorongan hawa nafsu belaka. Penyebutan nama Allah diharapkan pekerjaan itu menjadi kekal disisi Allah. Di sini bukannya Allah yang nama-Nya disebut itu yang kita harapkan menjadi kekal karena Dia justru Maha Kekal. Namun yang kita harapkan adalah agar pekerjaan yang kita lakukan itu serta ganjarannya menjadi kekal sampai hari kemudian. Banyak pekerjaan yang dilakukan seseorang tetapi tidak mempunyai bekas apa-apa terhadap dirinya atau masyarakatnya, apalagi berbekas dan ditemui ganjarannya di hari kemudian. Demikianlah Allah mentamsilkan perbuatan orang-orang yang kafir yang tidak dibarengi dengan keikhlasan kepada Allah, “ Dan Kami hadapi hasil-hasil karya mereka (yang baik-baik itu), kemudian Kami jadikan ia (bagaikan) debu yang beterbangan (sia-sia belaka). (QS 25 : 23) 3. firman Allah, berakar dari kata walaha yang berarti mengherankan atau menakjubkan. Jadi Tuhan dinamai Allah karena segala perbuatan-Nya menakjubkan dan mengherankan. Karena itu terdapat petunjuk yang menyatakan, Berfikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berfikir tentang Dzat-Nya. Sementara itu sebagian ulama mengungkapkan bahwa kata Allah terambil dari kata aliha – ya’lahu yang berarti menuju dan bermohon. Tuhan dinamai Allah karena seluruh makhluk menuju serta bermohon kepada-Nya dalam memenuhi kebutuhan mereka, atau juga berarti menyembah dan mengabdi, sehingga lafazh Allah berarti “Zat yang berhak disembah dan kepada-Nya tertuju segala pengabdian ”. Syaikh Mutawalli Sya’rawi, seorang guru besar pada universitas Al-Azhar, ulama kontemporer dan pakar bahasa menyebutkan dalam tafsirnya tentang keistimewaan lafadz Allah ; “Lafadz Allah selalu ada dalam diri manusia, walaupun ia mengingkari wujud-Nya dengan ucapan atau perbuatannya. Kata ini selalu menunjuk kepada Dia yang diharapkan bantuan-Nya itu. Perhaitkanlah kata Allah. Bila huruf pertamanya dihapus, maka ia akan terbaca Lillah yang artinya “demi/karena Allah”. Bila satu huruf berikutnya dihapus, akan terbaca lahu, yang artinya untuk-Nya. Bila huruf berikutnya dihapus, maka ia akan tertulis huruf ha yang dapat dibaca hu (huwa) yang artinya Dia”. Apabila anda berkata Allah maka akan terlintas atau seyogianya terlintas dalam benak Anda segala sifat kesempurnaan. Dia Mahakuat, mahabijaksana, Mahakaya, Maha Berkreasi, Mahaindah, Mahasuci dan sebagainya. Seseorang yang mempercayai Tuhan, pasti meyakini bahwa Tuhannya Mahasempurna dalam segala hal, serta Mahasuci dari segala kekurangan. Sifat-sifat Tuhan yang diperkenalkan cukup banyak. Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa sifat (nama- nama) Tuhan berjumlah sembilan puluh sembilan nama (sifat). Demikian banyak sifat (nama) Tuhan, namun yang terpilih dalam basmalah hanya dua sifat, yaitu Ar-Rahman dan Ar- Rahim yang keduanya terambil dari akar kata yang sama. Agaknya sifat ini dipilih, karena sifat itulah yang paling dominan. Dalam hal ini Allah dalam Al-Quran menegaskan “ Rahmat-Ku mencakup segala sesuatu”. (QS 7: 156). Sebuah hadits Qudsi menyebutkan bahwa rahmat Allah mengalahkan amarah-Nya. Kedua kata tersebut, Ar-Rahman dan Ar-Rahim, berakar dari kata Rahm yang juga telah masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, yang berarti peranakan atau kandungan. Apabila disebut kata Rahim, maka yang terlintas di dalam benak adalah ibu dan anak, dan ketika dapat terbayang betapa besar kasih sayang yang dicurahkan sang ibu kepada anaknya. Tetapi, jangan disimpulkan bahwa sifat Rahmat Tuhan sepadan dengan sifat rahmat ibu. Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah saw yang mendekatkan gambaran besarnya rahmat Tuhan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT menjadikan rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan dan diturunkan-Nya ke bumi itu satu bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (begitu ratanya sampai-sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih saying, khawatir jangan sampai menginjak anaknya”. (HR. Muslim) Dalam ungkapan lainnya disebutkan bahwa kata Rahman adalah merupakan sifat kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya yang diberikan di dunia, baik manusia beriman atau kafir, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta makhluk lainnya. Bukankah kita – dengan kasih sayang-Nya- telah diberikan kehidupan, diberikan kemudahan menghirup udara, kemudahan berjalan, berlari dan melakukan segala aktivitasnya, walaupun sangat sedikit dari kita mau merenungkan apalagi mensyukuri segala nikmat tersebut? Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya kepada manusia sekalipun mereka ingkar kepada-Nya. Sementara itu kara Rahim diberikan secara khusus oleh Allah kelak nanti dialam akhirat yaitu hanya bagi mereka yang beriman dan mensyukuri segala kenikmatan yang telah dianugrahkan kepada mereka. Kasih sayang-Nya secara khusus diberikan kepada hamba- hamba-Nya yang mengabdikan dirinya kepada Allah dan yakin bahwa semua kenikmatan adalah bersumber dari Allah. Bahkan yakin bahwa segala amal ibadahnya, perbuatan baiknya tidak akan menjamin akan dirinya masuk ke surga- Nya kecuali karena Rahmat-Nya. Suatu kali Rasulullah saw berpesan kepada para sahabatnya, “Bersegeralah kalian berbuat baik dan perkuatlah hubungan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa amal kalian tidak menjamin kalian masuk surga. Sambil terheran para sahabat bertanya, “Termasuk Engkau wahai Rasulullah”? Rasulullah saw menjawab, “Betul, termasuk saya..kecuali jika Allah menganugrahkan rahmat-Nya dan karunia-Nya kepadaku ”. Wallahu a’lam.
BILA PENCURI MAUT TELAH TIBA
DIA TELAH PERGI, BUKAN BEPERGIAN KESUATU TEMPAT YANG JAUH DAN AKAN KEMBALI ESOK, ATAU BUKAN PULA PERGI LIBURAN DENGAN KEPULANGAN SUATU HARI KELAK. TAPI . . . INI ADALAH KEPERGIAN YANG TAKKAN PERNAH KEMBALI. YA … KEPERGIAN SELAMANYA … Mendengar atau bahkan mengalami berita kematian orang-orang terdekat bukanlah hal asing lagi ditelinga kita, setiap kali kita mendengar kata “ MENINGGAL “ spontan saja kejadian itu akan diikuti dengan ucapan Innalillahi wa Inna illaihi Roji’un ” . Sebut saja si Alief kemarin sehat wal’afiat, tiba-tiba esoknya meninggal dunia. Terakhir bertemu si Baa' baru saja merayakan Ulang Tahunnya yang dirangkaikan dengan selamatan wisuda putrinya, dua hari kemudian sebuah SMS mengirimkan berita kematiannya. Seminggu lalu si Taa' baru saja meresmikan Restoran mewahnya dengan segala jenis menu yang berlabel negara-negara terkenal dengan harga sekian digit angka rupiahan, belum sempat semua kebanggaan itu dinikmati tubuhnya telah terbujur kaku bersama selembar kain kafan. "Berpisahnya Roh dari Raga... semoga saat roh t'cabut dari raga kita dihisab dalam keadaan penuh kelembutan tanpa mengalami rasa sakit sedikit pun. >Rumah mewah, mobil, jabatan dan kekuasaan, keluarga dan kekayaan semua tertinggal begitu saja. Hanya selembar kain kafan yang akan dibawa serta bersamanya, lalu kemana semua kekayaan, kekuatan, orang terkasih yang tertinggal ? akhirnya semua jerih payah selama hidup didunia tertinggal. Hanya kenangan yang tersisa bagi mereka, sementara yang pergi takkan pernah kembali dan hanya membawa amal semasa hidup Saat ini, aku yang masih diberi kesempatan hidup kini baru sebatas merasa kehilangan, belum bisa berbagi cerita untuk rasa meninggalkan. Rasa kehilangan yang pertama membekas adalah saat kehilangan sahabat semasa kuliah. Mesti sebelumnya pernah mengalami kehilangan kakek, nenek maupun paman, namun aku merasakan kehilangan yang amat sangat saat sahabat tersebut meninggal di usia muda. Mungkin karena kakek-nenek meninggal saat usia aku masih kecil, jadi belum mengerti makna sebuah kehilangan. Sementara sahabat aku, sekaligus teman kerja – freelance disela jadwal kuliah adalah teman yang energik. Selain cantik, berada, ramah, ia juga memiliki banyak sifat baik lainnya. Namun kebersamaan kami perlahan direnggut sang takdir, ia mulai jarang masuk kantor dan kuliah karena harus bertaruh dengan penyakitnya dan Rumah Sakit pun menjadi sangat akrab bagi dirinya, saat aku menyaksikan tubuhnya yang mulai menurun dan kondisi fisik yang melemah dan harapan hidup yang mulai memudar. Maka pada suatu pagi aku dikagetkan oleh berita meninggalnya, padahal baru beberapa minggu sebelumnya ia terlihat segar dan membaik. Rasanya maut datangnya mengendap-endap layaknya seorang pencuri yang menunggu saat tuan rumah lengah. Aku tergugu saat tunangannya menyampaikan berita duka itu. Tersentak oleh sebuah kesadaran, kini kami takkan bisa tertawa bersama, berebut santapan siang, jalan- jalan atau sekedar menatap wajah lembutnya. Kini ia telah pergi , sendiri dan takkan pernah kembali lagi. Kehilangan kedua adalah saat saudara angkat aku tiada, saat itu perasaan kehilangan begitu kental aku hirup disisa hari yang terus berlari. Ketika suatu pagi yang rinai, deringan telepon mengabarkan bahwa kakak angkat aku meninggal , dunia terasa terhenti sesaat. Ada kehampaan dan lorong sunyi yang tiba-tiba terbentang. Masih tak percaya rasanya saat menatap barang peninggalan yang sebelumnya masih hangat oleh aroma tubuh dan senyum khasnya yang kharismatik, tiba-tiba tubuh terasa dingin membeku. Foto-foto dan berbagai benda yang mampu mengingatkan sosoknya seakan tak rela membiarkannya kedinginan diguyur hujan dan tertinggal sendiri ditanah pemakaman. Sepertinya maut memang tak bisa diajak kompromi. Saudara jauh, famili, teman masa kecil, rekan kerja, mantan bos dan kenalan, semua membuat daftar yang kian panjang. Ada yang berjejak namun ada juga yang hanya sepotong kenangan bahwa ia pernah ada. Kemudian seiring dengan waktu, saat ini aku saksikan dalam bayangan ponsel air mata kesedihan abang sayang hend koto atas kehilangan sang bunda. Meski sesungguhnya kematian aku pahami sebagai sesuatu yang alami, seperti halnya rotasi bumi yang menghantarkan pada perubahan siang dan malam. Menuju keharibaan-Nya dalam birunya langit... sendunya awan putih dan damainya alam bertasbih..... Setiap kali hadir melayat, entah yang aku kenal dekat atau pun tidak, aku coba mengingat-ingat kenangan apa yang terekam dari almarhum/mah, kalau sudah demikian aku tersadar akan satu hal Bila telah tiba giliran aku, maka apa yang akan dikenang oleh orang lain ? sudah adakah hal baik yang pantas untuk dikenang ? atau adakah karya aku yang tertinggal sebagai penanda bahwa aku pernah ada . . . ? Aku bayangkan pada hari itu rumahku dipenuhi oleh para pelayat ( semoga saja memang banyak yang datang melayat dan mendoakan jenazah aku ). Apakah sanak keluarga diliputi duka atas kematian aku ? sahabat dan kenalan datang silih berganti, semua membacakan do’a dan ikut menyalatkan…? Lantas saat jenazah aku akan dibawa kepemakaman, pada saat pidato pelepasan terakhirku dari keluarga atau kenalan, kira-kira apa yang akan mereka ucapkan tentang aku…. ??? Bergaung seribu tanya, apakah aku anak atau adik yang berbakti ? sahabat yang setia dan penyayang ? pribadi yang menyenangkan atau menyebalkan ? si pemarah atau penyabarkah ? dan… seberapa banyak orang yang sakit hati oleh karena ulah aku ? amal apa yang telah aku perbuat ? prestasi apa yang patut dikenang ? dan masih banyak tanya lainnya yang jujur saja membuat aku ngeri dan miris, ternyata aku
BELUM SIAP UNTUK MATI!
Sepenuh syukur terucap bila usai melayat, ternyata aku masih punya kesempatan untuk membuat catatan kenangan akan diriku menjadi lebih baik. Aku menyadari bahwa diri ini adalah sebuah diary yang bila kelak sang maut menjemput menyisakan sebuah kisah tentang keberadaan sosok aku. Dalam perjalanan menulis diary kematian tersebut, hingga saat ini setiap kali mendengar berita duka, masih saja membuat aku tersentak. Sejenak larut dalam kekagetan sesaat. “ Akh, pencuri usia itu kembali datang, menunggu saat lengah untuk mencabut mereka dari tengah-tengah orang yang mengasihi. SUDAH SIAPKAH AKU BILA TIBA-TIBA IA DATANG . . .? Subhanallah....inilah jalan bagi orang-orang yang senantiasa berjalan sesuai dengan perintah-Nya....pintu ke Neraka akan ditutup untuknya dan pintu ke surga akan dibentangkan jalan yang begitu indah dan lapang...., Mau kesana...???? pilihlah & ikutilah jalan yang benar...!!! agar kita dapat menuju negeri impian yang abadi.....
Surah Al Baqarah : jumlah Ayat : 286
alif-laam-miim 1. Alif laam miin [10 ]. [10 ] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al- Qur'an seperti: alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya. Diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Qur'an itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Qur'an diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad SAW semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. dzaalika alkitaabu laa rayba fiihi hudan lilmuttaqiina 2. Kitab [11 ] (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa [12 ], [11 ] Tuhan menamakan Al- Qur'an dengan Al Kitab yang di sini berarti "yang ditulis", sebagai isyarat bahwa Al-Qur'an diperintahkan untuk ditulis. [12 ] Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah- perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. alladziina yu/minuuna bialghaybi wayuqiimuuna alshsh alaata wamimmaa razaqnaahum yunfiquuna 3. ( yaitu) mereka yang beriman [13 ] kepada yang ghaib [14 ], yang mendirikan shalat [15 ], dan menafkahkan sebahagian rezki [16 ] yang Kami anugerahkan kepada mereka. [13 ] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu. [14 ] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghjaib yaitu, meng- i'tikadkan adanya sesuatu "yang maujud" yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat- Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya. [15 ] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. Menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. [16 ] Rezki: segala yang dapat diambil manfa'atnya. Menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang- orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain. waalladziina yu/minuuna bimaa unzila ilayka wamaa unzila min qablika wabial-aakhirati hum yuuqinuuna 4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu [17 ], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat [18 ]. [17 ] Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad SAW ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur'an seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al-Qur'an yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul. [18 ] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir. ulaa-ika 'alaa hudan min rabbihim waulaa-ika humu almuflihuuna 5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang- orang yang beruntung [19 ]. [19 ] Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya. inna alladziina kafaruu sawaaun 'alayhim a-andzartahum am lam tundzirhum laa yu/minuuna 6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Ibnu Ishak, dari Muhammad bin Abu Ikrimah, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir.." (Q.S. Al-Baqarah 6) sampai akhir dua ayat. Kedua ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi Madinah. Diketengahkan dari Rabi` bin Anas, "Dua ayat diturunkan tentang memerangi kaum sekutu, yaitu, 'Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja halnya bagi mereka', sampai dengan '...dan bagi mereka disediakan siksa yang keras.'" (Q.S. Al-Baqarah 6-7).
khatama allaahu 'alaa quluubihim wa'alaa sam'ihim wa'alaa abshaarihim ghisyaawatun walahum 'adzaabun 'azhiimun 7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka [20 ], dan penglihatan mereka ditutup [21 ]. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. [20 ] Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya. [21 ] Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur'an yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri. SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Ibnu Ishak, dari Muhammad bin Abu Ikrimah, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir.." (Q.S. Al-Baqarah 6) sampai akhir dua ayat. Kedua ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi Madinah. Diketengahkan dari Rabi` bin Anas, katanya, "Dua ayat diturunkan tentang memerangi kaum sekutu, yaitu, 'Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja halnya bagi mereka', sampai dengan '...dan bagi mereka disediakan siksa yang keras.'" (Q.S. Al-Baqarah 6-7).
wamina alnnaasi man yaquulu aamannaa 8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian [22 ]," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang- orang yang beriman. [22 ] Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya. yukhaadi'uuna allaaha waalladziina aamanuu wamaa yakhda'uuna illaa anfusahum wamaa yasy'uruuna 9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. fii quluubihim maradhun fazaadahumu allaahu maradhan walahum 'adzaabun aliimun bimaa kaanuu yakdzibuuna 10. Dalam hati mereka ada penyakit [23 ], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [23 ] Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad SAW lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri- hati dan dendam terhadap Nabi SAW, agama dan orang-orang Islam. * wa-idzaa qiila lahum laa tufsiduu fii al-ardhi qaaluu innamaa nahnu mushlihuuna 11. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi [24 ]". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang- orang yang mengadakan perbaikan." [24 ] Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang- orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam. alaa innahum humu almufsiduuna walaakin laa yasy'uruuna 12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. wa-idzaa qiila lahum aaminuu kamaa aamana alnnaasu qaaluu anu/minu kamaa aamana alssufahaau alaa innahum humu alssufahaau walaakin laa ya'lamuuna 13. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. wa-idzaa laquu alladziina aamanuu qaaluu aamannaa wa- idzaa khalaw ilaa syayaathiinihim qaaluu innaa ma'akum innamaa nahnu mustahzi-uuna 14. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan- syaitan mereka [25 ], mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." [25 ] Maksudnya: pemimpin- pemimpin mereka. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Wahidi dan Tsa`labi, dari jalur Muhammad bin Marwan dan Assadiyush Shaghir, dari Al-Kalbiy, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, katanya, "Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubay dan konco-konconya. Ceritanya bahwa pada suatu hari mereka keluar lalu ditemui oleh beberapa sahabat Rasulullah saw., lalu Abdullah bin Ubay berkata, 'Lihatlah, bagaimana orang-orang bodoh itu kuusir dari kalian!' Lalu ia maju ke depan dan menjabat tangan Abu Bakar seraya berkata, 'Selamat untuk Shiddiq penghulu Bani Tamim dan sesepuh agama Islam, pendamping Rasulullah di dalam gua dan telah membaktikan raga dan hartanya untuk Rasulullah.' Kemudian dijabatnya pula tangan Umar seraya berkata, 'Selamat untuk penghulu Bani Adi bin Kaab, Faruq yang perkasa (Umar) dalam agama Allah dan telah menyerahkan raga dan hartanya untuk Rasulullah.' Setelah itu disambutnya pula tangan Ali seraya berkata, 'Selamat untuk saudara sepupu dan menantu Rasulullah, penghulu Bani Hasyim selain Rasulullah.' Kemudian mereka berpisah, Abdullah mengatakan kepada anak buahnya, 'Bagaimana pendapat kalian tentang perbuatanku tadi? Nah, jika kalian menemui mereka, lakukanlah seperti yang telah aku lakukan itu!' Mereka memuji perbuatannya itu, sementara kaum muslimin kembali kepada Nabi saw. dan menceritakan peristiwa tersebut, maka turunlah ayat ini." Isnad dari riwayat ini lemah sekali, karena Assadiyush Saghir itu seorang pembohong, demikian pula Al- Kalbiy dan Abu Saleh adalah orang-orang yang akurasinya lemah. allaahu yastahzi-u bihim wayamudduhum fii th ughyaanihim ya'mahuuna 15. Allah akan (membalas) olok- olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. ulaa-ika alladziina isytarawuu aldhdhalaalata bialhudaa famaa rabihat tijaaratuhum wamaa kaanuu muhtadiina 16. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. matsaluhum kamatsali alladzii istawqada naaran falammaa adhaa-at maa hawlahu dzahaba allaahu binuurihim watarakahum fii zhulumaatin laa yubshiruuna 17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api [26 ], maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. [26 ] Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat- sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas. shummun bukmun 'umyun fahum laa yarji'uuna 18. Mereka tuli, bisu dan buta [27 ], maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), [27 ] Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta oleh karena tidak dapat menerima kebenaran. aw kashayyibin mina alssamaa-i fiihi zhulumaatun wara'dun wabarqun yaj'aluuna ashaa bi'ahum fii aatsaanihim mina alshshawaa'iqi hadzara almawti waallaahu muhiithun bialkaafiriina 19. atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati [28 ]. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir [29 ]. [28 ] Keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang mengandung peringatan, adalah seperti orang yang ditimpa hujan lebat dan petir. Mereka menyumbat telinganya karena tidak sanggup mendengar peringatan- peringatan Al-Qur'an itu. [29 ] Maksudnya pengetahuan dan kekuasaan Allah meliputi orang- orang kafir. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari jalur Assadiyul Kabir, dari Abu Malik dan Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Masud, segolongan sahabat, kata mereka, "Ada dua orang laki-laki dari kaum munafik warga kota Madinah, melarikan diri dari Rasulullah kepada golongan musyrik, mereka ditimpa hujan lebat yang disebutkan Allah itu, diiringi guruh dan petir serta kilat yang memancar-mancar tiap petir itu datang, mereka pun menyumbat anak telinga mereka dengan jari, karena takut akan dimasukinya hingga mereka tewas karenanya. Jika kilat memancar, mereka pun berjalan dalam cahayanya, tetapi jika cahayanya padam, mereka berhenti karena tidak melihat apa-apa. Akhirnya dengan berjalan seperti itu sampailah mereka ke tempat yang dituju, lalu kata mereka; 'Wahai, cepatlah kiranya datang waktu pagi, hingga kita dapat menemui Muhammad dan berbaiat kepadanya.' Demikianlah mereka menemuinya serta berbaiat kepadanya lalu masuk Islam serta baiklah keislaman mereka." Maka Allah pun menjadikan perilaku kedua orang munafik yang melarikan diri ini sebagai tamsil perbandingan bagi orang-orang munafik yang ada di Madinah. Orang-orang munafik itu, jika mereka hadir dalam majelis Nabi saw. menaruh jari-jiri mereka ke telinga masing-masing karena takut akan ucapan Nabi saw. kalau-kalau ada wahyu turun mengenal diri mereka, atau disebutkan sesuatu tentang perilaku mereka hingga mereka menemui ajal karenanya, sebagaimana yang dilakukan serta dikhawatirkan oleh kedua orang munafik yang melarikan diri tadi. Jika ada cahaya, mereka pun berjalan, artinya jika telah banyak harta benda dan anak- anak mereka, serta mereka beroleh harta rampasan atau mencapai suatu kemenangan, mereka pun maju ke depan, lalu kata mereka ketika itu, "Benarlah agama Muhammad", dan mereka berpegang teguh kepadanya, tak ubahnya bagai dua orang munafik tadi yang berjalan setiap kilat memancar; dan jika hari gelap, mereka berhenti, artinya jika harta benda dan anak-anak mereka habis, punah, atau jika mereka ditimpa malapetaka, maka kata mereka, "Ini tidak lain hanyalah karena ulah agama Muhammad, dan mereka berbalik kafir seperti halnya kedua orang munafik tadi, yakni jika kilat tidak memancar lagi." yakaadu albarqu yakhthafu abshaarahum kullamaa adhaa-a lahum masyaw fiihi wa-idzaa azhlama 'alayhim qaamuu walaw syaa-a allaahu ladzahaba bisam'ihim wa-abshaarihim inna allaaha 'alaa kulli syay-in qadiirun 20. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. * yaa ayyuhaa alnnaasu u'buduu rabbakumu alladzii khalaqakum waalladziina min qablikum la'allakum tattaquuna 21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang- orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, alladzii ja'ala lakumu al-ardha firaasyan waalssamaa-a binaa- an wa-anzala mina alssamaa-i maa-an fa-akhraja bihi mina altstsamaraati rizqan lakum falaa taj'aluu lillaahi andaadan wa-antum ta'lamuuna 22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah- buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah [30 ], padahal kamu mengetahui. [30 ] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya. wa-in kuntum fii raybin mimmaa nazzalnaa 'alaa 'abdinaa fa/tuu bisuuratin min mitslihi waud'uu syuhadaa- akum min duuni allaahi in kuntum shaadiqiina 23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah [31 ] satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang- orang yang benar. [31 ] Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al-Qur'an itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mu'jizat Nabi Muhammad SAW fa-in lam taf'aluu walan taf'aluu faittaquu alnnaa ra allatii waquuduhaa alnnaasu waalhijaaratu u'iddat lilkaafiriina 24. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. wabasysyiri alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati anna lahum jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru kullamaa ruziquu minhaa min tsamaratin rizqan qaaluu haadzaa alladzii ruziqnaa min qablu wautuu bihi mutasyaabihan walahum fiihaa azwaajun muthahharatun wahum fiihaa khaaliduuna 25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah- buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya [32 ]. [32 ] Keni'matan di syurga itu adalah keni'matan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani. inna allaaha laa yastahyii an yadhriba matsalan maa ba'uudhatan famaa fawqahaa fa-ammaa alladziina aamanuu faya'lamuuna annahu alhaqqu min rabbihim wa-ammaa alladziina kafaruu fayaquuluuna maatsaa araada allaahu bihaadzaa matsalan yudhillu bihi katsiiran wayahdii bihi katsiiran wamaa yudhillu bihi illaa alfaasiqiina 26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu [33 ]. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah [34 ], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang- orang yang fasik, [33 ] Diwaktu turunnya ayat 73
surat 23 Al Hajj yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya ayat 41 surat Al Ankabuut yang di dalamnya Tuhan menggambarkan kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba. [34 ] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk- petunjuk Allah. Dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari As-Saddiy dengan sanad- sanadnya, tatkala Allah membuat dua buah perumpamaan ini bagi orang- orang munafik, yakni firman- Nya, "Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api" dan firman- Nya, "Atau seperti hujan lebat dari langit", orang-orang munafik mengatakan bahwa Allah lebih tinggi dan lebih agung-sampai membuat perumpamaan-perumpamaan ini. Maka Allah menurunkan, "Sesungguhnya Allah tidak merasa malu untuk membuat tamsil perumpamaan.." sampai dengan firman-Nya "... merekalah orang-orang yang merugi." (Q.S. Al-Baqarah 26-27) Diketengahkan oleh Wahidi dari jalur Abdul Ghani bin Said As-Tsaqafi, dari Musa bin Abdurrahman, dari Ibnu Juraij, dari Atha, dari Ibnu Abbas, katanya, "Allah menyebutkan tuhan-tuhan pujaan orang- orang musyrik, maka firman- Nya, 'Dan sekiranya lalat mengambil sesuatu dari mereka,' (Al-Hajj 73) lalu disebutnya pula tipu daya tuhan-tuhan itu, dan dianggap- Nya seperti sarang laba-laba, maka kata mereka 'Bagaimana pendapatmu ketika Allah menyebut-nyebut lalat dan laba-laba dalam Alquran yang diturunkan-Nya, apa maksud- Nya dengan ini?' Maka Allah pun menurunkan ayat ini." Abdul Ghani adalah orang yang amat lemah. Abdur Razaq mengatakan dalam Tafsirnya, "Mu`ammar menyampaikan dari Qatadah tatkala Allah menyebut-nyebut soal lalat dan laba-laba, bahwa orang-orang musyrik berkata, 'Kenapa pula soal lalat dan laba-laba ini disebut-sebut?' Maka Allah menurunkan ayat ini." Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Hasan, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Hai manusia! Diberikan kepada kamu tamsil perbandingan', (Al- Hajj 73) orang-orang musyrik berkata, 'Tamsil perbandingan apa pulakah itu sehingga dibuat?' Atau 'Peristiwa apa yang serupa dengan tamsil perbandingan ini?' Maka Allah menurunkan ayat, 'Sesungguhnya Allah tidak merasa malu untuk membuat suatu perumpamaan...' sampai dengan akhir ayat." (Q.S. Al- Baqarah 26). Komentar saya, "Isnad keterangan pertama lebih sah dan lebih cocok dengan apa yang dikemukakan pada awal surat, apa lagi menyebutkan orang-orang musyrik tidak cocok dengan kedudukan ayat ini sebagai ayat Madaniyah. Riwayat yang kita kemukakan dari Qatadah dan Hasan, diceritakan pula oleh Wahidi tanpa isnad dengan lafal, 'Kata orang-orang Yahudi.' Hal ini lebih cocok." alladziina yanqudhuuna 'ahda allaahi min ba'di miitsaaqihi wayaqtha'uuna maa amara allaahu bihi an yuushala wayufsiduuna fii al-ardhi ulaa- ika humu alkhaasiruuna 27. ( yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang- orang yang rugi. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari As-Saddiy dengan sanad- sanadnya, tatkala Allah membuat dua buah perumpamaan ini bagi orang- orang munafik, yakni firman- Nya, "Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api" dan firman- Nya, "Atau seperti hujan lebat dari langit", orang-orang munafik mengatakan bahwa Allah lebih tinggi dan lebih agung-sampai membuat perumpamaan-perumpamaan ini. Maka Allah menurunkan, "Sesungguhnya Allah tidak merasa malu untuk membuat tamsil perumpamaan.." sampai dengan firman-Nya "... merekalah orang-orang yang merugi." (Q.S. Al-Baqarah 26-27) Diketengahkan oleh Wahidi dari jalur Abdul Ghani bin Said As-Tsaqafi, dari Musa bin Abdurrahman, dari Ibnu Juraij, dari Atha, dari Ibnu Abbas, katanya, "Allah menyebutkan tuhan-tuhan pujaan orang- orang musyrik, maka firman- Nya, 'Dan sekiranya lalat mengambil sesuatu dari mereka,' (Al-Hajj 73) lalu disebutnya pula tipu daya tuhan-tuhan itu, dan dianggap- Nya seperti sarang laba-laba, maka kata mereka 'Bagaimana pendapatmu ketika Allah menyebut-nyebut lalat dan laba-laba dalam Alquran yang diturunkan-Nya, apa maksud- Nya dengan ini?' Maka Allah pun menurunkan ayat ini." Abdul Ghani adalah orang yang amat lemah. Abdur Razaq mengatakan dalam Tafsirnya, "Mu`ammar menyampaikan dari Qatadah tatkala Allah menyebut-nyebut soal lalat dan laba-laba, bahwa orang-orang musyrik berkata, 'Kenapa pula soal lalat dan laba-laba ini disebut-sebut?' Maka Allah menurunkan ayat ini." kayfa takfuruuna biallaahi wakuntum amwaatan fa- ahyaakum tsumma yumiitukum tsumma yuhyiikum tsumma ilayhi turja'uuna 28. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya- lah kamu dikembalikan? huwa alladzii khalaqa lakum maa fii al-ardhi jamii'an tsumma istawaa ilaa alssamaa-i fasawwaahunna sab'a samaawaatin wahuwa bikulli syay-in 'aliimun 29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. wa-idz qaala rabbuka lilmalaa- ikati innii jaa'ilun fii al-ardhi khaliifatan qaaluu ataj'alu fiihaa man yufsidu fiihaa wayasfiku alddimaa-a wanahnu nusabbihu bihamdika wanuqaddisu laka qaala innii a'lamu maa laa ta'lamuuna 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." * wa'allama aadama al-asmaa-a kullahaa tsumma 'aradhahum 'alaa almalaa-ikati faqaala anbi- uunii bi-asmaa-i haaulaa-i in kuntum shaadiqiina 31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda- benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" qaaluu subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa innaka anta al'aliimu alhakiimu 32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana [35 ]." [35 ] Sebenarnya terjemahan "Hakim" dengan "Maha Bijaksana" kurang tepat, karena arti "Hakim" ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. Di sini diartikan dengan "Maha Bijaksana" karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti "Hakim". qaala yaa aadamu anbi/hum bi- asmaa-ihim falammaa anba- ahum bi-asmaa-ihim qaala alam aqul lakum innii a'lamu ghayba alssamaa waati waal-ardhi wa- a'lamu maa tubduuna wamaa kuntum taktumuuna 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?" wa-idz qulnaa lilmalaa-ikati usjuduu li-aadama fasajaduu illaa ibliisa abaa waistakbara wakaana mina alkaafiriina 34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah [36 ] kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. [36 ] Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah. waqulnaa yaa aadamu uskun anta wazawjuka aljannata wakulaa minhaa raghadan haytsu syi/tumaa walaa taqrabaa haadzihi alsysyajarata fatakuunaa mina alzhzhaalimiina 35. Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini [37 ], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. [37 ] Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al-Qur'an dan Hadist tidak menerangkannya. Ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120 , tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan. fa-azallahumaa alsysyaythaanu 'anhaa fa-akhrajahumaa mimmaa kaanaa fiihi waqulnaa ihbithuu ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun walakum fii al-ardhi mustaqarrun wamataa'un ilaa hiinin 36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu [38 ] dan dikeluarkan dari keadaan semula [39 ] dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." [38 ] Adam dan Hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga, dan Allah menyuruh mereka turun ke dunia. Yang dimaksud dengan syaitan di sini ialah Iblis yang disebut dalam ayat 34 surat Al Baqarah di atas. [39 ] Maksud keadaan semula ialah keni'matan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga. fatalaqqaa aadamu min rabbihi kalimaatin fataaba 'alayhi innahu huwa alttawwaabu alrrahiimu 37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat [40 ] dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [40 ] Tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Tuhan yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat. qulnaa ihbithuu minhaa jamii'an fa-immaa ya/tiyannakum minnii hudan faman tabi'a hudaaya falaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna 38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk- Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk- Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". waalladziina kafaruu wakadzdzabuu bi-aayaatinaa ulaa-ika ash-haabu alnnaari hum fiihaa khaaliduuna 39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat- ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. yaa banii israa-iila udzkuruu ni'matiya allatii an'amtu 'alaykum wa-awfuu bi'ahdii uufi bi'ahdikum wa-iyyaa ya fairhabuuni 40. Hai Bani Israil [41 ], ingatlah akan ni'mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku [42 ], niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada- Ku-lah kamu harus takut (tunduk). [41 ] Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan Nabi Ya'qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi. [42 ] Janji Bani Israil kepada Tuhan ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada Rasul-Rasul-nya di antaranya Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat. * waaaminuu bimaa anzaltu mushaddiqan limaa ma'akum walaa takuunuu awwala kaafirin bihi walaa tasytaruu bi-aayaatii tsamanan qaliilan wa-iyyaaya faittaquuni 41. Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al-Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. walaa talbisuu alhaqqa bialbaathili wataktumuu alhaqqa wa-antum ta'lamuuna 42. Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu [43 ], sedang kamu mengetahui. [43 ] Di antara yang mereka sembunyikan itu ialah: Tuhan akan mengutus seorang Nabi dari keturunan Ismail yang akan membangun umat yang besar di belakang hari, yaitu Nabi Muhammad SAW wa-aqiimuu alshshalaata waaatuu alzzakaata wairka'uu ma'a alrraaki'iina 43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' [44 ] [44 ] Yang dimaksud ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: Tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk. ata/muruuna alnnaasa bialbirri watansawna anfusakum wa- antum tatluuna alkitaa ba afalaa ta'qiluuna 44. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? waista'iinuu bialshshabri waalshshalaati wa-innahaa lakabiiratun illaa 'alaa alkhaasyi'iina 45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', alladziina yazhunnuuna annahum mulaaquu rabbihim wa-annahum ilayhi raaji'uuna 46. ( yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada- Nya. yaa banii israa-iila udzkuruu ni'matiya allatii an'amtu 'alaykum wa-annii fadhdh altukum 'alaa al'aalamiina 47. Hai Bani Israil, ingatlah akan ni'mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat [45 ]. [45 ] Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah dan dilebihkannya dari segala ummat ialah nenek moyang mereka yang berada di masa Nabi Musa a.s. waittaquu yawman laa tajzii nafsun 'an nafsin syay-an walaa yuqbalu minhaa syafaa'atun walaa yu/khadzu minhaa 'adlun walaa hum yunsharuuna 48. Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at [46 ] dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. [46 ] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfa'at bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang- orang kafir. wa-idz najjaynaakum min aali fir'awna yasuumuunakum suu-a al'adzaa bi yudzabbihuuna abnaa-akum wayastahyuuna nisaa-akum wafii dzaalikum balaaun min rabbikum 'azhiimun 49. Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak- anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak- anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu. wa-idz faraqnaa bikumu albahra fa-anjaynaakum wa-aghraqnaa aala fir'awna wa-antum tanzhuruuna 50. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan [47 ]. [47 ] Waktu Nabi Musa a.s. membawa Bani Israil ke luar dari negeri Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Fir'aun, mereka harus melalui laut Merah sebelah Utara. Maka Tuhan memerintahkan kepada Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. Perintah itu dilaksanakan oleh Musa hingga belahlah laut itu dan terbentanglah jalan raya ditengah-tengahnya dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan kaumnya ke seberang. Sedang Fir'aun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi di waktu mereka berada di tengah- tengah laut, kembalilah laut itu sebagaimana biasa, lalu tenggelamlah mereka. *
(( SAMBUNGAN SURAH INI ))
Sambungan Surah Al Baqarah (N0:2) jumlah Ayat : 286
wa-idz waa'adnaa muusaa arba'iina laylatan tsumma ittakhadz tumu al'ijla min ba'dihi wa-antum zhaalimuuna 51. Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu [48 ] (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. [48 ] Anak lembu itu dibuat mereka dari emas untuk disembah. tsumma 'afawnaa 'ankum min ba'di dzaalika la'allakum tasykuruuna 52. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur. wa-idz aataynaa muusaa alkitaaba waalfurqaana la'allakum tahtaduuna 53. Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk. wa-idz qaala muusaa liqawmihi yaa qawmi innakum zhalamtum anfusakum biittikhaadzikumu al'ijla fatuubuu ilaa baari-ikum fauqtuluu anfusakum dzaalikum khayrun lakum 'inda baari-ikum fataaba 'alaykum innahu huwa alttawwaabu alrrahiimu 54. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu [49 ]. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." [49 ] "Membunuh dirimu" ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah anak lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan: orang yang menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat. wa-idz qultum yaa muusaa lan nu/mina laka hattaa naraa allaaha jahratan fa- akhadzatkumu alshshaa'iqatu wa-antum tanzhuruuna 55. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang [50 ], karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya [51 ]". [50 ] Maksudnya: melihat Allah dengan mata kepala. [51 ] Karena permintaan yang semacam ini menunjukkan keingkaran dan ketakaburan mereka, sebab itu mereka disambar halilintar sebagai azab dari Tuhan. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Adani dalam Musnadnya, dari jalur Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, Kata Salman, "Saya tanyakan kepada Nabi saw. tentang penganut- penganut agama yang saya anut dulu, dan saya sebutkan tentang salat dan ibadah mereka, maka turunlah ayat. 'Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang Yahudi...' sampai dengan akhir ayat." Diketengahkan oleh Wahidi dari jalur Abdullah bin Katsir dari Mujahid, katanya, "Tatkala dikisahkan oleh Salman kepada Rasulullah saw. riwayat sahabat-sahabatnya, maka jawabnya, 'Mereka dalam neraka.' Kata Salman, 'Bumi terasa gelap olehku (karena jawaban itu)', maka turunlah ayat, 'Sesungguhnya orang- orang beriman dan orang-orang Yahudi...' sampai dengan '...berdukacita.' (Q.S. Al-Baqarah 62) Kata Salman pula, 'Maka seolah-olah lenyaplah semua beban yang menggunung dariku'." Diketengahkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim, dari Sadiy katanya, "Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat-sahabat Salman Al-Farisi." tsumma ba'atsnaakum min ba'di mawtikum la'allakum tasykuruuna 56. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati [52 ], supaya kamu bersyukur. [52 ] Yang dimaksud dengan mati di sini menurut sebagian Mufassirin ialah : mati yang sebenarnya, dan menurut sebagian yang lain ialah: pingsan akibat sambaran halilintar. wazhallalnaa 'alaykumu alghamaama wa-anzalnaa 'alaykumu almanna waalssalwaa kuluu min thayyibaati maa razaqnaakum wamaa zhalamuunaa walaakin kaanuu anfusahum yazhlimuuna 57. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa" [53 ]. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. [53 ] Salah satu ni'mat Tuhan kepada mereka ialah: mereka selalu dinaungi awan di waktu mereka berjalan di panas terik padang pasir. Manna ialah: makanan manis sebagai madu. Salwa ialah: burung sebangsa puyuh. wa-idz qulnaa udkhuluu haadzihi alqaryata fakuluu minhaa haytsu syi/tum raghadan waudkhuluu albaaba sujjadan waquuluu hiththhatun naghfir lakum khathaayaakum wasanaziidu almuhsiniina 58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud [54 ], dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan- kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik". [54 ] Maksudnya menurut sebagian ahli tafsir: menundukkan diri. fabaddala alladziina zhalamuu qawlan ghayra alladzii qiila lahum fa-anzalnaa 'alaa alladziina zhalamuu rijzan mina alssamaa-i bimaa kaanuu yafsuquuna 59. Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik. wa-idzi istasqaa muusaa liqawmihi faqulnaa idhrib bi'ashaaka alhajara fainfajarat minhu itsnataa 'asyrata 'aynan qad 'alima kullu unaasin masyrabahum kuluu waisyrabuu min rizqi allaa hi walaa ta'tsaw fii al-ardhi mufsidiina 60. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing- masing) [55 ]. Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. [55 ] Ialah sebanyak suku Bani Israil sebagaimana tersebut dalam surat Al A'raaf ayat 160. wa-idz qultum yaa muusaa lan nashbira 'alaa tha'aamin waahidin faud'u lanaa rabbaka yukhrij lanaa mimmaa tunbitu al-ardhu min baqlihaa waqitstsaa-ihaa wafuumihaa wa'adasihaa wabashalihaa qaala atastabdiluuna alladzii huwa adnaa bialladzii huwa khayrun ihbithuu mishran fa-inna lakum maa sa-altum wadhuribat 'alayhimu aldzdzillatu waalmaskanatu wabaauu bighadhabin mina allaahi dzaalika bi-annahum kaanuu yakfuruuna bi-aayaati allaahi wayaqtuluuna alnnabiyyiina bighayri alh aqqi dzaalika bimaa 'ashaw wakaanuu ya'taduuna 61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. inna alladziina aamanuu waalladziina haaduu waalnnashaaraa waalshshaabi- iina man aamana biallaahi waalyawmi al-aakhiri wa'amila shaalihan falahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna 62. Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang- orang Shabiin [56 ], siapa saja diantara mereka yang benar- benar beriman kepada Allah [57 ], hari kemudian dan beramal saleh [58 ], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [56 ] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at Nabi- nabi zaman dahulu atau orang- orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa. [57 ] Orang-orang mu'min begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad SAW, percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah. [58 ] Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak. wa-idz akhadznaa miitsaaqakum warafa'naa fawqakumu alththhuura khudzuu maa aataynaakum biquwwatin waudzkuruu maa fiihi la'allakum tattaquuna 63. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa". tsumma tawallaytum min ba'di dzaa lika falawlaa fadhlu allaahi 'alaykum warahmatuhu lakuntum mina alkhaasiriina 64. Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmatNya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi. walaqad 'alimtumu alladziina i'tadaw minkum fii alssabti faqulnaa lahum kuunuu qiradatan khaasi-iina 65. Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu [59 ], lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera [60 ] yang hina". [59 ] Hari Sabtu ialah hari yang khusus untuk beribadat bagi orang-orang yahudi. [60 ] Sebagian ahli tafsir memandang bahwa ini sebagai suatu perumpamaan, artinya hati mereka menyerupai hati kera, karena sama-sama tidak menerima nasehat dan peringatan. Pendapat Jumhur mufassir ialah mereka betul- betul berubah menjadi kera, hanya tidak beranak, tidak makan dan minum, dan hidup tidak lebih dari tiga hari. faja'alnaahaa nakaalan limaa bayna yadayhaa wamaa khalfahaa wamaw'izhatan lilmuttaqiina 66. Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. wa-idz qaala muusaa liqawmihi inna allaaha ya/murukum an tadzbahuu baqaratan qaaluu atattakhidzunaa huzuwan qaala a'uudzu biallaahi an akuuna mina aljaahiliina 67. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan [62 ] ?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". [62 ] Hikmah Allah menyuruh menyembelih sapi ialah supaya hilang rasa penghormatan mereka terhadap sapi yang pernah mereka sembah. qaaluu ud'u lanaa rabbaka yubayyin lanaa maa hiya qaala innahu yaquulu innahaa baqaratun laa faaridhun walaa bikrun 'awaanun bayna dzaalika faif'aluu maa tu/maruuna 68. Mereka menjawab: " Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu". qaaluu ud'u lanaa rabbaka yubayyin lanaa maa lawnuhaa qaala innahu yaquulu innahaa baqaratun shafraau faaqi'un lawnuhaa tasurru alnnaazhiriina 69. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya." qaaluu ud'u lanaa rabbaka yubayyin lanaa maa hiya inna albaqara tasyaabaha 'alaynaa wa-innaa in syaa-a allaahu lamuhtaduuna 70. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)." * qaala innahu yaquulu innahaa baqaratun laa dzaluulun tutsiiru al-ardha walaa tasqii alhartsa musallamatun laa syiyata fiihaa qaaluu al-aana ji/ta bialhaqqi fadzabahuuhaa wamaa kaaduu yaf'aluuna 71. Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu [63 ]. [63 ] Karena sapi yang menurut syarat yang disebutkan itu sukar diperoleh, hampir mereka tidak dapat menemukannya. wa-idz qataltum nafsan faiddaara/tum fiihaa waallaahu mukhrijun maa kuntum taktumuuna 72. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. faqulnaa idhribuuhu biba'dhihaa kadzaalika yuhyii allaahu almawtaa wayuriikum aayaatihi la'allakum ta'qiluuna 73. Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang- orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda- tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti [64 ]. [64 ] Menurut jumhur mufassirin ayat ini ada hubungannya dengan peristiwa yang dilakukan oleh seorang dari Bani Israil. Masing-masing mereka tuduh-menuduh tentang siapa yang melakukan pembunuhan itu. Setelah mereka membawa persoalan itu kepada Musa a.s., Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebahagian tubuh sapi itu. tsumma qasat quluubukum min ba'di dzaa lika fahiya kaalhijaarati aw asyaddu qaswatan wa-inna mina alh ijaarati lamaa yatafajjaru minhu al-anhaaru wa-inna minhaa lamaa yasysyaqqaqu fayakhruju minhu almaau wa- inna minhaa lamaa yahbithu min khasyyati allaahi wamaa allaahu bighaafilin 'ammaa ta'maluuna 74. Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai- sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. afatathma'uuna an yu/minuu lakum waqad kaana fariiqun minhum yasma'uuna kalaama allaahi tsumma yuharrifuunahu min ba'di maa 'aqaluuhu wahum ya'lamuuna 75. Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?[65 ]. [65 ] Yang dimaksud ialah nenek-moyang mereka yang menyimpan Taurat, lalu Taurat itu dirobah-robah mereka; di antaranya sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang tersebut dalam Taurat itu. wa-idzaa laquu alladziina aamanuu qaaluu aamannaa wa- idzaa khalaa ba'dhuhum ilaa ba'dhin qaaluu atuhadditsuunahum bimaa fataha allaahu 'alaykum liyuhaajjuukum bihi 'inda rabbikum afalaa ta'qiluuna 76. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:" Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mu'min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?"[66 ] [66 ] Sebagian Bani Israil yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w itu pernah bercerita kepada orang-orang Islam, bahwa dalam Taurat memang disebutkan tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW Maka golongan lain menegur mereka dengan mengatakan: "Mengapa kamu ceritakan hal itu kepada orang- orang Islam sehingga hujjah mereka bertambah kuat?" awa laa ya'lamuuna anna allaaha ya'lamu maa yusirruuna wamaa yu'linuuna 77. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? waminhum ummiyyuuna laa ya'lamuuna alkitaaba illaa amaaniyya wa-in hum illaa yazhunnuuna 78. Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga [67 ]. [67 ] Kebanyakan bangsa Yahudi itu buta huruf, dan tidak mengetahui isi Taurat selain dari dongeng-dongeng yang diceritakan pendeta-pendeta mereka. fawaylun lilladziina yaktubuuna alkitaaba bi-aydiihim tsumma yaquuluuna haadzaa min 'indi allaahi liyasytaruu bihi tsamanan qaliilan fawaylun lahum mimmaa katabat aydiihim wawaylun lahum mimmaa yaksibuuna 79. Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Nasai, dari Ibnu Abbas, katanya, "Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ahli Kitab." Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur Ikrimah, dari Ibnu Abbas katanya, "Ayat ini turun mengenai pendeta-pendeta Yahudi. Mereka menemukan sifat-sifat Nabi saw. tercantum dalam Taurat sebagai berikut. Biji matanya hitam, tinggi badannya sedang, rambutnya keriting dan wajahnya rupawan. Karena dengki dan iri hati, lukisan ini mereka hapus lalu mereka ganti menjadi, 'Kami temui tanda-tandanya sebagai seorang yang tinggi, biru matanya dan berambut lurus.'" waqaaluu lan tamassanaa alnnaaru illaa ayyaaman ma'duudatan qul attakhadztum 'inda allaahi 'ahdan falan yukhlifa allaahu 'ahdahu am taquuluuna 'alaa allaahi maa laa ta'lamuuna 80. Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan oleh Ibnu Jarir serta Ibnu Abu Hatim, dari jalur Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abu Muhammad dan Ikrimah, atau dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, katanya, "Rasulullah saw. datang ke Madinah, sementara orang- orang Yahudi mengatakan, 'Usia dunia ini hanya tujuh ribu tahun, dan setiap seribu tahun dunia sama dengan satu hari akhirat lamanya, jadi tidak lebih dari tujuh hari, mereka disiksa dan setelah itu siksa pun terhentilah.' Maka mengenai hal ini Allah pun menurunkan, 'Kata mereka, 'Kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka...' sampai dengan firman-Nya '...mereka kekal di dalamnya.'" (Q.S. Al-Baqarah 80-81). Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari Jalur Dhahhak dari Ibnu Abbas bahwa orang- orang Yahudi mengatakan, "Kami masuk neraka itu hanyalah selama kami menyembah anak sapi dulu, yaitu tidak lebih dari 40 hari. Jika masa itu telah berlalu, maka terputus pula siksaan terhadap kami." Maka turunlah ayat tersebut. Mengenai ayat ini Ibnu Jarir telah mengetengahkannya pula dari Ikrimah dan selainnya. * balaa man kasaba sayyi-atan wa-ahathat bihi khathii-atuhu faulaa-ika ash-haabu alnnaari hum fiihaa khaaliduuna 81. ( Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan oleh Ibnu Jarir serta Ibnu Abu Hatim, dari jalur Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abu Muhammad dan Ikrimah, atau dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, katanya, "Rasulullah saw. datang ke Madinah, sementara orang- orang Yahudi mengatakan, 'Usia dunia ini hanya tujuh ribu tahun, dan setiap seribu tahun dunia sama dengan satu hari akhirat lamanya, jadi tidak lebih dari tujuh hari, mereka disiksa dan setelah itu siksa pun terhentilah.' Maka mengenai hal ini Allah pun menurunkan, Kata mereka, 'Kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka...' sampai dengan firman-Nya '...mereka kekal di dalamnya.'" (Q.S. Al-Baqarah 80-81). Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari Jalur Dhahhak dari Ibnu Abbas bahwa orang- orang Yahudi mengatakan, "Kami masuk neraka itu hanyalah selama kami menyembah anak sapi dulu, yaitu tidak lebih dari 40 hari. Jika masa itu telah berlalu, maka terputus pula siksaan terhadap kami." Maka turunlah ayat tersebut. Mengenai ayat ini Ibnu Jarir telah mengetengahkannya pula dari Ikrimah dan selainnya. waalladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati ulaa- ika ash-haabu aljannati hum fiihaa khaaliduuna 82. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. wa-idz akhadznaa miitsaaqa banii israa-iila laa ta'buduuna illaa allaaha wabialwaalidayni ihsaanan wadzii alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiini waquuluu lilnnaasi husnan wa- aqiimuu alshshalaata waaatuu alzzakaata tsumma tawallaytum illaa qaliilan minkum wa-antum mu'ridhuuna 83. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. wa-idz akhadznaa miitsaaqakum laa tasfikuuna dimaa-akum walaa tukhrijuuna anfusakum min diyaarikum tsumma aqrartum wa-antum tasyhaduuna 84. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya. tsumma antum haaulaa-i taqtuluuna anfusakum watukhrijuuna fariiqan minkum min diyaa rihim tazhaaharuuna 'alayhim bial-itsmi waal'udwaa ni wa-in ya/tuukum usaaraa tufaaduuhum wahuwa muharramun 'alaykum ikhraajuhum afatu/minuuna biba'dhi alkitaabi watakfuruuna biba'dhin famaa jazaau man yaf'alu dzaalika minkum illaa khizyun fii alhayaati alddunyaa wayawma alqiyaamati yuradduuna ilaa asyaddi al'adzaabi wamaa allaahu bighaafilin 'ammaa ta'maluuna 85. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat [68 ]. [68 ] Ayat ini berkenaan dengan cerita orang Yahudi di Madinah pada permulaan Hijrah. Yahudi Bani Quraizhah bersekutu dengan suku Aus, dan Yahudi dari Bani Nadhir bersekutu dengan orang-orang Khazraj. Antara suku Aus dan suku Khazraj sebelum Islam selalu terjadi persengketaan dan peperangan yang menyebabkan Bani Quraizhah membantu Aus dan Bani Nadhir membantu orang-orang Khazraj. Sampai antara kedua suku Yahudi itupun terjadi peperangan dan tawan menawan, karena membantu sekutunya. Tapi jika kemudian ada orang-orang Yahudi tertawan, maka kedua suku Yahudi itu bersepakat untuk menebusnya kendatipun mereka tadinya berperang- perangan. ulaa-ika alladziina isytarawuu alhayaata alddunyaa bial- aakhirati falaa yukhaffafu 'anhumu al'adzaabu walaa hum yunsharuuna 86. Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. walaqad aataynaa muusaa alkitaaba waqaffaynaa min ba'dihi bialrrusuli waaataynaa 'iisaa ibna maryama albayyinaati wa-ayyadnaahu biruuhi alqudusi afakullamaa jaa-akum rasuulun bimaa laa tahwaa anfusukumu istakbartum fafariiqan kadzdz abtum wafariiqan taqtuluuna 87. Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut- turut) sesudah itu dengan rasul- rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu'jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus [69 ]. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? [69 ] Maksudnya: kejadian Isa a.s. adalah kejadian yang luar biasa, tanpa bapak, yaitu dengan tiupan Ruhul Qudus oleh Jibril kepada diri Maryam. Ini termasuk mu'jizat 'Isa a.s. Menurut jumhur musafirin, bahwa Ruhul Qudus itu ialah malaikat Jibril. waqaaluu quluubunaa ghulfun bal la'anahumu allaahu bikufrihim faqaliilan maa yu/ minuuna 88. Dan mereka berkata : "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. walammaa jaa-ahum kitaabun min 'indi allaahi mushaddiqun limaa ma'ahum wakaanuu min qablu yastaftihuuna 'alaa alladziina kafaruu falammaa jaa- ahum maa 'arafuu kafaruu bihi fala'natu allaahi 'alaa alkaafiriina 89. Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka [70 ], padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang- orang yang ingkar itu. [70 ] Maksudnya kedatangan Nabi Muhammad SAW yang tersebut dalam Taurat dimana diterangkan sifat-sifatnya. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Hakim dalam Mustadrak dan Baihaqi dalam Dalalail dengan sanad yang lemah dari Ibnu Abbas, katanya, Orang-orang Yahudi Khaibar memerangi suku Gathafan, tetapi setiap bertempur, Yahudi menderita kekalahan. Maka mereka pun berlindung dengan memanjatkan permohonan ini, "Ya Allah! Kami mohon kepada- Mu, demi kebenaran Muhammad, nabi yang ummi yang Engkau janjikan kepada kami, agar Engkau membangkitkannya bagi kami tolonglah kami agar menang atas mereka." Setiap kali bertempur mereka berdoa seperti ini sehingga akhirnya berhasil mengalahkan orang- orang Gathafan. Maka tatkala Nabi saw. dibangkitkan Allah, mereka kafir dan Allah pun menurunkan ayat, "Padahal sebelumnya mereka biasa memohon kemenangan terhadap orang-orang kafir dengan kedatanganmu hai Muhammad!" (Q.S. Al-Baqarah 89) Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur Said atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Yahudi Madinah biasa memohon kemenangan terhadap orang-orang Aus dan Khazraj atas nama kedatangan Rasulullah saw. sebelum kebangkitannya. Maka setelah Allah membangkitkannya dari golongan Arab, mereka kafir kepadanya dan membantah apa yang pernah mereka katakan mengenainya. Maka kata Muaz bin Jabal, Bisyr bin Barra dan Daud bin Salamah kepada mereka, "Hai golongan Yahudi! Takutlah kamu kepada Allah dan masuk lslamlah! Bukankah selama ini kamu meminta kedatangan Muhammad untuk membantu kamu terhadap kami, yakni sewaktu kami berada dalam kesyirikan, kamu katakan bahwa ia akan dibangkitkan bahkan kamu lukiskan sifat-sifatnya!" Jawab Salam bin Misykum, "Ia tidak membawa ciri-ciri yang kami kenal dan dia bukanlah seperti yang kami sebutkan kepadamu dulu." Maka Allah pun menurunkan, "Dan tatkala datang kepada mereka Kitab dari sisi Allah sampai dengan akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 89)
bi/samaa isytaraw bihi anfusahum an yakfuruu bimaa anzala allaahu baghyan an yunazzila allaahu min fadhlihi 'alaa man yasyaau min 'ibaadihi fabaauu bighadhabin 'alaa ghadhabin walilkaafiriina 'adzaabun muhiinun 90. Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya [71 ] kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan [72 ]. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. [71 ] Maksudnya: Allah menurunkan wahyu (kenabian) kepada Muhammad SAW [72 ] Maksudnya: mereka mendapat kemurkaan yang berlipat-ganda yaitu kemurkaan karena tidak beriman kepada Muhammad SAW dan kemurkaan yang disebabkan perbuatan mereka dahulu, yaitu membunnuh nabi, mendustakannya, merobah- robah isi Taurat dan sebagainya. * wa-idzaa qiila lahum aaminuu bimaa anzala allaahu qaaluu nu/ minu bimaa unzila 'alaynaa wayakfuruuna bimaa waraa-ahu wahuwa alhaqqu mushaddiqan limaa ma'ahum qul falima taqtuluuna anbiyaa-a allaahi min qablu in kuntum mu/ miniina 91. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al-Qur'an yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al-Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-Qur'an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang- orang yang beriman?" walaqad jaa-akum muusaa bialbayyinaati tsumma ittakhadztumu al'ijla min ba'dihi wa-antum zhaalimuuna 92. Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mu'jizat), kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya [73 ], dan sebenarnya kamu adalah orang- orang yang zalim. [73 ] Maksudnya kepergian Musa a.s. ke bukit Thur yang terletak di Sinai, sesudah didatangkan kepadanya mu'jizat-mu'jizat. wa-idz akhadznaa miitsaaqakum warafa'naa fawqakumu alththhuura khudzuu maa aataynaakum biquwwatin waisma'uu qaaluu sami'naa wa'ashaynaa wausyribuu fii quluubihimu al'ijla bikufrihim qul bi/samaa ya/murukum bihi iimaanukum in kuntum mu/ miniina 93. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh- teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat [74 ] perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat). [74 ] Perbuatan jahat yang mereka kerjakan ialah menyembah anak sapi, membunuh nabi-nabi dan melanggar janji. qul in kaanat lakumu alddaaru al-aakhiratu 'inda allaahi khaalishatan min duuni alnnaasi fatamannawuu almawta in kuntum shaa diqiina 94. Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah [75 ] kematian(mu), jika kamu memang benar. [75 ] Maksudnya: mintalah agar kamu dimatikan sekarang juga. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari Abul Aliyah, katanya, "Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa tidaklah akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi." Maka Allah pun menurunkan ayat, "Katakanlah, sekiranya kampung akhirat itu khusus untukmu di sisi Allah..." sampai dengan akhir ayat. (Q.S. Al-Baqarah 94)
walan yatamannawhu abadan bimaa qaddamat aydiihim waallaahu 'aliimun bialzhzhaalimiina 95. Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya. walatajidannahum ahrasha alnnaasi 'alaa hayaatin wamina alladziina asyrakuu yawaddu ahaduhum law yu'ammaru alfa sanatin wamaa huwa bimuzahzihihi mina al'adzaabi an yu'ammara waallaahu bashiirun bimaa ya'maluuna 96. Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang- orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. qul man kaana 'aduwwan lijibriila fa-innahu nazzalahu 'alaa qalbika bi-idzni allaahi mushaddiqan limaa bayna yadayhi wahudan wabusyraa lilmu/miniina 97. Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diriwayatkan oleh Bukhari, dari Anas, katanya Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Rasulullah saw. ketika ia sedang berada di kebunnya memetik buah. Lalu didatanginya Nabi saw. katanya, "Saya akan menanyakan kepada Anda tiga perkara yang hanya diketahui oleh seorang Nabi, yaitu: Apakah tanda yang pertama dari datangnya kiamat, apa makanan yang pertama bagi penghuni surga dan apa pula yang menyebabkan seorang anak itu mirip kepada bapak atau ibunya? Rasulullah saw. menjawab, 'Hal itu diberitakan kepada saya baru-baru ini oleh Jibril.' 'Oleh Jibril?' tanya Abdullah. 'Benar', jawab Nabi. Itulah dia musuh orang-orang Yahudi dan golongan malaikat!" Maka Nabi pun membacakan ayat ini, Katakanlah, "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itulah yang telah menurunkannya (Alquran) dalam hatimu." Berkata Syaikhul Islam, Ibnu Hajar dalam kitab Fat-hul Bari, "Pada lahirnya, konteks ayat menunjukkan bahwa Nabi saw. membaca ayat itu sebagai sanggahan terhadap orang-orang Yahudi dan ini tidak mesti bahwa turunnya adalah pada waktu tersebut. Katanya lagi, 'Inilah yang lebih kuat karena mengenai sebab turunnya ayat ini ada kisah yang sah selain dari kisah Abdullah bin Salam.'" Diketengahkan oleh Ahmad, Tirmizi dan Nasai dari jalur Bakr bin Syihab, dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, katanya, "Orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah, kata mereka, 'Wahai Abu Qasim! Kami menanyakan kepada Anda lima perkara, sekiranya Anda dapat menjawabnya, yakinlah kami bahwa Anda seorang Nabi', maka disebutnyalah hadis tersebut, yang di antaranya ialah bahwa mereka menanyakan kepadanya tentang apa-apa yang diharamkan oleh Bani Israel terhadap diri mereka, tentang tanda kenabian, tentang petir dan bunyi gemuruhnya, mengenai siapa yang menyampaikan kepadanya berita dari langit, sampai- sampai mereka menanyakan, 'Ceritakanlah kepada kami siapa sahabat Anda!' Jawab Nabi saw., 'Jibril.' Kata mereka, 'Jibril? Itulah yang menyalakan peperangan dan pertempuran serta siksaan dan musuh kami. Seandainya Anda menyebutkan Mikail yang menurunkan rahmat, hujan, dan tumbuh- tumbuhan, maka tentulah akan lebih baik!' Maka turunlah ayat tersebut." Diketengahkan oleh Ishak bin Rahawaih dalam Musnadnya dan Ibnu Jarir dari jalur Sya`bi bahwa Umar biasa mendatangi orang-orang Yahudi lalu mereka memperdengarkan Taurat. Ia amat heran karena Taurat itu membenarkan isi Alquran. Katanya, "Kebetulan Nabi saw. lewat di depan mereka, maka kata saya, 'Atas nama Allah saya bertanya kepada kamu, tahukah kamu bahwa dia itu Rasulullah?' Jawab seorang alim di antara mereka, 'Memang, kami tahu bahwa ia Rasulullah.' Kata saya, 'Kenapa kamu tidak ikuti dia?' Jawab mereka, 'Pernah kami tanyakan kepadanya siapa yang menyampaikan kepadanya kenabiannya, maka disebutkannya Jibril, musuh kami disebabkan dialah yang menurunkan kekerasan, kekasaran, peperangan dan malapetaka.' Kata saya pula, 'Siapakah rasul-rasul kamu dari kalangan malaikat?' Jawab mereka, 'Mikail, yakni yang menurunkan hujan dan rahmat!' Tanya saya lagi, 'Bagaimana kedudukan keduanya di sisi Tuhannya?' Jawab mereka, 'Yang satu di sebelah kanan-Nya sedang yang satu lagi di samping kiri-Nya.' Kata saya, 'Tidak diperbolehkan Jibril memusuhi Mikail dan tidak boleh pula Mikail berbaikan dengan musuh Jibril dan sungguh saya bersaksi bahwa kedua malaikat dari Tuhannya bersikap damai kepada orang- orang yang berdamai kepadanya dan memaklumkan perang kepada orang-orang berperang kepadanya. Kemudian saya datang kepada Nabi saw dengan maksud untuk menyampaikan kepadanya hal tersebut. Ketika bertemu, tanyanya kepada saya, 'Maukah kamu saya sampaikan ayat-ayat yang baru saja diturunkan kepada saya?' Tentu, wahai Rasulullah', jawab saya. Maka dibacanya, 'Barang siapa yang menjadi musuh Jibril ..' sampai dengan '... maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.' (Q.S. Al-Baqarah 97-98). Lalu kataku, 'Wahai Rasulullah! Demi Allah, tidaklah aku bangkit meninggalkan orang-orang Yahudi hanyalah untuk mendapatkan Anda guna menyampaikan dialog antara aku dengan mereka. Kiranya aku dapati Allah telah mendahului saya.'" Isnadnya sampai kepada Sya`by adalah sah, hanya Sya`by ini tidak pernah bertemu dengan Umar. Riwayat ini dikeluarkan pula oleh Ibnu Abu Syaibah dan Ibnu Hatim, dari jalur yang lain yang bersumber dari Sya`by. Juga dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Sadiy dari Umar, begitu pula dari jalur Qatadah dan dari Umar dan kedua riwayat tersebut juga munqathi' (terputus). Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur lain, dari Abdurrahman bin Abu Lailay bahwa seorang Yahudi menemui Umar bin Khathab, lalu katanya "Sesungguhnya Jibril yang disebutkan oleh sahabatmu itu adalah musuh kami." Maka jawab Umar, "Barang siapa yang menjadi musuh Allah, musuh malaikat-malaikat-Nya, Rasul- Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah menjadi musuhnya." Katanya, "Maka ayat ini turun mengikuti gaya bahasa Umar." Demikianlah jalur-jalur ini, sebagian menguatkan lainnya, bahkan Ibnu Jarir menyampaikan adanya ijmak bahwa demikian itulah yang menjadi Asbabun Nuzul. man kaana 'aduwwan lillaahi wamalaa-ikatihi warusulihi wajibriila wamiikaala fa-inna allaaha 'aduwwun lilkaafiriina 98. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat- Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ishak bin Rahawaih dalam Musnadnya dan Ibnu Jarir dari jalur Sya`bi bahwa Umar biasa mendatangi orang-orang Yahudi lalu mereka memperdengarkan Taurat. Ia amat heran karena Taurat itu membenarkan isi Alquran. Katanya, "Kebetulan Nabi saw. lewat di depan mereka, maka kata saya, 'Atas nama Allah saya bertanya kepada kamu, tahukah kamu bahwa dia itu Rasulullah?' Jawab seorang alim di antara mereka, 'Memang, kami tahu bahwa ia Rasulullah.' Kata saya, 'Kenapa kamu tidak ikuti dia?' Jawab mereka, 'Pernah kami tanyakan kepadanya siapa yang menyampaikan kepadanya kenabiannya, maka disebutkannya Jibril, musuh kami disebabkan dialah yang menurunkan kekerasan, kekasaran, peperangan dan malapetaka.' Kata saya pula, 'Siapakah rasul-rasul kamu dari kalangan malaikat?' Jawab mereka, 'Mikail, yakni yang menurunkan hujan dan rahmat!' Tanya saya lagi, 'Bagaimana kedudukan keduanya di sisi Tuhannya?' Jawab mereka, 'Yang satu di sebelah kanan-Nya sedang yang satu lagi di samping kiri-Nya.' Kata saya, 'Tidak diperbolehkan Jibril memusuhi Mikail dan tidak boleh pula Mikail berbaikan dengan musuh Jibril dan sungguh saya bersaksi bahwa kedua malaikat dari Tuhannya bersikap damai kepada orang- orang yang berdamai kepadanya dan memaklumkan perang kepada orang-orang berperang kepadanya. Kemudian saya datang kepada Nabi saw dengan maksud untuk menyampaikan kepadanya hal tersebut. Ketika bertemu, tanyanya kepada saya, 'Maukah kamu saya sampaikan ayat-ayat yang baru saja diturunkan kepada saya?' Tentu, wahai Rasulullah', jawab saya. Maka dibacanya, 'Barang siapa yang menjadi musuh Jibril ..' sampai dengan '... maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.' (Q.S. Al-Baqarah 97-98). Lalu kataku, 'Wahai Rasulullah! Demi Allah, tidaklah aku bangkit meninggalkan orang-orang Yahudi hanyalah untuk mendapatkan Anda guna menyampaikan dialog antara aku dengan mereka. Kiranya aku dapati Allah telah mendahului saya.'" Isnadnya sampai kepada Sya`by adalah sah, hanya Sya`by ini tidak pernah bertemu dengan Umar. Riwayat ini dikeluarkan pula oleh Ibnu Abu Syaibah dan Ibnu Hatim, dari jalur yang lain yang bersumber dari Sya`by. Juga dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Sadiy dari Umar, begitu pula dari jalur Qatadah dan dari Umar dan kedua riwayat tersebut juga munqathi' (terputus). Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur lain, dari Abdurrahman bin Abu Lailay bahwa seorang Yahudi menemui Umar bin Khathab, lalu katanya "Sesungguhnya Jibril yang disebutkan oleh sahabatmu itu adalah musuh kami." Maka jawab Umar, "Barang siapa yang menjadi musuh Allah, musuh malaikat-malaikat-Nya, Rasul- Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah menjadi musuhnya." Katanya, "Maka ayat ini turun mengikuti gaya bahasa Umar." Demikianlah jalur-jalur ini, sebagian menguatkan lainnya, bahkan Ibnu Jarir menyampaikan adanya ijmak bahwa demikian itulah yang menjadi Asbabun Nuzul. walaqad anzalnaa ilayka aayaatin bayyinaatin wamaa yakfuru bihaa illaa alfaasiquuna 99. Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dari jalur Said atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, katanya, Ibnu Shuriya mengatakan kepada Nabi saw., "Hai Muhammad! Tidak suatu pun yang kamu bawa itu yang kami kenali dan tidak suatu ayat yang jelas pun yang diturunkan Allah kepadamu!" Maka Allah pun menurunkan mengenai hal itu, "Dan sungguhnya telah kami turunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas..." sampai akhir ayat. (Q.S. Al-Baqarah 99).
awa kullamaa 'aahaduu 'ahdan nabadzahu fariiqun minhum bal aktsaruhum laa yu/minuuna 100. Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman. SEBAB TURUNNYA AYAT: Malik Ibnu Shaif (seorang Yahudi) mengatakan ketika Nabi saw. dibangkitkan lalu menyebutkan perjanjian-perjanjian Allah yang dibebankan kepada mereka dan juga janji-Nya kepada mereka tentang Nabi Muhammad, "Demi Allah, Dia tidak menjanjikan apa- apa tentang Muhammad dan Dia tidak mengambil perjanjian apa pun terhadap kami." Lalu Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji..." hingga
akhir ayat. (Q.S. Al-Baqarah 100). *
(( SAMBUNGAN SURAH INI ))