Tingkatan2 Al-Jarh Wat-Ta'dil

Tingkatan-Tingkatan Al-Jarh Wat- Ta'dil Para perawi yang meriwayat kan hadits bukanlah semuanya dalam satu derajat dari segi keadi lannya, kedlabithannya, dan hfalan mereka. Di antara mereka ada yng hafalannya sempurna, ada yang kurang dalam hafalan dn ktepatan, dan ada pula yang sering lupa dan salah padahal mereka org yang adil dan amanah; serta ada juga yang berdusta dalam hadits. Maka Allah menyingkap perbuatannya ini melalui tangan para ulama yang sempurna pengetahuan mereka. Oleh karena itu, para ulama mene tapkan tingkatan Jarh dan Ta’dil, dan lafadh- lafadh yang mnunjukkn pada setiap tingaktan. Tingkatan Ta’dil ada enam tingkatan, bgitu pula dgn Jarh (ada enam tingkatan)Tingkatan At-Ta’dil
1. Tingkatan Pertama Yang meng gunakan bentuk superlatif dalam penta’dil-an, atau dengan meng gunakan wazan af’ala dengan menggunakan ungkapan ungkapn seperti : Fulan kpadanyalah puncak ketepatan dalam periwayatan atau Fulan yang paling tepat priwayatan dan ucapannya atau Fulan orang yang paling kuat hafalan dan ingatannya.
2. Tingkatan Kedua Dengan menye butkan sifat yang menguatkan ke-tsiqah-annya, ke-‘adil- annya, dn ketepatan periwayatannya, baik dengan lafadh maupun dengan makna; seperti : tsiqatun-tsiqah , atau tsiqatun-tsabt , atau tsiqah dan terpercaya ( ma’mun ), atau tsiqah dan hafidh .
3. Tingkatn Ktiga Yang mnunjukkn adanya pentsiqahan tanpa adanya penguatan atas hal itu, seperti : tsiqah, tsabt, atau hafidh.
4. Tingkatn Keempt Yng menunjuk kan adanya ke-‘adil-an dn keper cayaan tanpa adanya isyarat akan kekuatan hafalan dan ketelitian. Seperti : Shaduq , Ma’mun (dipercaya), mahalluhu ash-shidq (ia tempatnya kejujuran), atau laa ba'sa bihi (tdk mengapa dngnnya. Khusus untuk Ibnu Ma’in kalimat laa ba’sa bihi adalah tsiqah (Ibnu Ma’in dikenal sebagai ahli hadits yg mutasyaddid , sehingga lafadh yng biasa saja bila ia ucapkn sudah cukup untuk menunjukkan ke tsqah an perawi tersebut).
5. Tingktn Kelima Yng tidak menun jukkan adanya pentsiqahan ataupun celaan; seperti : Fulan Syaikh (fulan seorang syaikh), ruwiya 'anhul-hadiits (diriwayatkn darinya hadits), atau hasanul hadiits ( yang baik haditsnya).
6. Tingkatan Keenam Isyarat yang mendekati celaan (jarh), seperti : Shalihul-Hdiits (haditsnya lumayn),atau yuktabu hadiitsuhu ( ditulis haditsnya). Hukum Tingkatan-Tingkatn Ini
1. Untuk tiga tingkatn pertama, dapat dijadikan hujjah, meskipun sebagian mereka lebih kuat dari sebagian yang lain.
2. Adapun tingkatan keempat dan kelima, tidak bisa dijadikan hujjah. Tetapi hadits mereka boleh ditulis, dan diuji kedlabithan mereka dengan membandingkan hadits mereka dengan hadits-hadits para tsiqah yang dlabith. Jika sesuai dengan hadits mereka, maka bisa dijdikn hujjah. Dn jika tidak sesuai, maka ditolak.
3. Sedangkan untuk tingkatan keenm, tidak bisa dijadikan hujjah. Tetapi hadits mereka ditulis untuk dijadikan sebagai pertimbngn saja, bukan untuk pengujian, krn mreka tidak dlabith. Tingkatan Al-Jarh
1. Tingkatan Pertama Yang menun jukkan adanya kelemahan, dan ini yang paling rendah dalam tingktn al-jarh seperti : layyinul- hadiits (lemh haditsnya), atau fiihi maqaal (dirinya diperbincangkan), atau fiihi dla'fun (pdanya ada kelemahn)
2. Tingktn Kedua Yang mnunjukkn adanya plemahan terhadap perawi dan tidak boleh dijadikan sebagai hujjah; seperti : Fulan tidak boleh dijadikan hujjah, atau dla'if , atau ia mempunyai hadits-hadits yang munkar, atau majhul (tdk diketahui identitas/ kondisinya).
3. Tingkatn Ktiga Yang mnunjukkn lemah sekali dan tidak boleh ditulis haditsnya, seperti : Fulan dla’if jiddan (dla’if sekali), atau tidak ditulis haditsnya, atau tidak halal periwayatan darinya, atau laisa bi-syai-in (tidak ada apa-apanya). ( Dikecualikan untuk Ibnu ma’in bahwasannya ungkapan laisa bisyai-in sebagai petunjuk bahwa hadits perawi itu sedikit).
4. Tingkatan Keempat Yang menunjukkan tuduhan dusta atau pemalsua hadits, seperti : Fulan muttaham bil-kadzib (dituduh berdusta) atau dituduh memalsukan hadits, atau mencuri hadits, atau matruk ( yang ditinggalkan), atau laisa bi tsiqah (bukan orang yang terpercaya).
5. Tingkatan Kelima Yg mnunjukkn sifat dusta atau pemalsu dan semacamnya; seperti : kadzdzab (tukang dusta), atau dajjal , atau wadldla' (pemalsu hadits), atau yakdzib (dia berbohong), atau yadla' ( dia memalsikan hadits).
6. Tingkatan Keenam Yang menun jukkan adnya dusta yang brlebihn, dan ini seburuk-buruk tingkatan; seperti : Fulan orang yang paling pembohong, atau ia adlah puncak dalam kedustaan, atau dia rukun kedustaan. Hukum Tingkatan-Tingkatan Al- Jarh
1. Untuk dua tingkatan pertama tidak bisa dijadikan sebagai hujjah terhadap hadits mereka, akan tetapi bolh ditulis untuk diprhatikn saja. Dan tentunya orang untuk tingkatan kedua lebih rendah kedudukannya daripada tingkatan pertama.
2. Sedangkan empat tingkatan terakhir tidak boleh dijadikan sebagai hujjah, tidak boleh ditulis, dan tidak dianggap sama sekali.( Tadriibur-Rawi halaman 229-233 ; dan Taisir Musthalah Al-Hadits halaman 152-154). Kitab-Kitab yang membahas Tentang Al-Jarh wat-Ta’dil Penyusunan karya dalam ilmu Al-Jarh wat-Ta’dil telah berkembang sekitar abad ketiga dan keempat, dan komentar orang-orang yang berbicara mengenai para tokoh secara jarh dan ta’dil sudah dikumpulkan. Dan jika permulaan penyusunan dalam ilmu ini dinisbatkan kepada Yahya bin Ma’in, Ali bin Al-Madini, dan Ahmad bin Hanbal; maka penyusunan secara meluas terjadi sesudah itu, dalam karya-karya yang mencakup perkataan para gnerasi awal trsbut. Para pnyusun mempunyai mtode yang berlainan :
a. Sebagian di antara mereka hnya menyebutkan orag-orng yangdla'if saja dalam karyanya.
b. Sebagian lagi menyebutkan org orang yang tsiqaat saja.
c. dan sebagian lagi menggabungkan antara yang dla'if dan yang tsiqaat. Sebagian besar metode yang dipakai oleh para pengarang adalah mengurutkan nama para perawi sesuai dengan huruf kamus ( mu’jam ). Dan berikut ini karya-karya mereka yang sampai kepada mereka :
1. Kitab Ma’rifatur-Rijaal , karya Yahya bin Ma’in (wafat tahun 233 H), terdapat sebagian darinya berupa manuskrip.
2. Kitab Adl-Dlu’afaa’ul-Kabiir dan Adl- Dlu’afaa’ush-Shaghiir , karya Imam Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari ( wafat tahun 256 H), dicetak di India. Karya bliau yang lain : At-Tarikh Al- Kabiir Al-Ausath , dan Ash-Shaghiir[/I].
3. Kitab Ats-Tsiqaat , karya Abul-Hasan Ahmad bin Abdillah bin Shalih Al-‘Ijly ( wafat tahun 261 H), manuskrip.
4. Kitab Adl-Dlu’afaa’ wal-Matrukiin , karya Abu Zur’ah Ubaidillah bin Abdilkariim Ar-Razi (wafat tahun 264 H), manuskrip.
5. Kitaab Adl-Dlu’afaa’ wal- Kadzdzabuun wal-Matrukuun min- Ashhaabil-Hadiits , karya Abu 'Utsman Sa’id bin ‘Amr Al-Bardza’I (wafat tahun 292 H).
6. Kitab Adl-Dlu'afaa'wal-Matrukiin , karya Imam Shmad bin Ali AnNasa'I ( wafat tahun 303 H), telah dicetak di India brsama kitab Adl-Dlu'afaa karya Imam Bukhari.
7. Kitab Adl-Dlu’afaa’ , karya Abu Ja’far Muhammad bin ‘Amr binMusa bin Hammad Al-‘Uqaily (wafat tahun 322 H), manuskrip.
8. Kitab Ma’rifatul-Majruhiin minal- Muhadditsiin, krya Mhammd bin Ahmad bin Hibban Al-Busti (wafat tahun 354 H), manuskrip; dan karyanya Kitab Ats-Tsiqaat , juga mnuskrip. Dan di antara karya karya mreka adalah tentang sejarh perawi ahdits secara umum, tidak hanya trbatas pada biografi tokoh tokoh sja, atau biografi pr tsiqaat saja, atau para dlu'afaa saja; seperti :
9. Kitab At-Tarikhul-Kabiir , karya Imam Bukhari (wafat tahun 256 H) mencakup atas 12315 c biografi sebagaimana dalam naskah yang dicetak dengan nomor.
10. Kitab Al-Jarh wat-Ta'dil , karya Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi ( wafat tahun 327 H) dn ia trmasuk di antara yang paling besar dari kitab- kitab tentang Al-Jarh wat-Ta’dil yang sampai pada kita, dan paling banyak faidahnya; dimna ia mencakup banyak prktaan para imam Al-Jarh wat-Ta’dil terkait dengan para perawi hadits. Kitab ini merupakan ringkasan dari upaya para pendahulu yang mengerti ilmu ini mengenai para perawi hadits secara umum. Kemudian karya-karya mengenai perawi hadits yang disebutkan dalam kutubus- sittah dan lainnya, sebagian di antaranya khusus pda perawi satu kitab, dan sbgian yng lain mencakup kitab-kitab hadits dan lainnya.
11. Kitb Asaami Man Rawa 'anhum Al- Bukhari karya Ibnu Qaththan – Abdullah bin 'Ady Al-Jurjani (wafat tahun 360 H), manuskrip.
12. Kitab Dzikri Asma’it-Tabi’iin wa Man ba’dahum Min Man Shahhat Riwayatuhu minats-Tsiqat indal-Bukhari , karya Abul-hasan Ali bin Umar Ad-daruquthni (wafat tahun 385 H), manuskrip.
13. Kitab Al-Hidayah wal-Irsyaad fii Ma’ rifati Ahlits-Tsiqah was-Sadaad , karya Abu Nashr Ahmad bin Muhammad Al- kalabadzi (wafat tahun 398 H), khusus tentang perawi Imam Bukhari; manuskrip.
14. Kitab At-Ta’dil wat-Tarjih li Man Rawa ‘anhul-Bukhari fish-Shahiih , karya Abul-Walid Sulaimn bin Khalaf Al-Baaji Al-Andalusi (wafat tahun 474 H), manuskrip.
15. Kitab At-Ta’rif bi Rijaal Al- Muwaththa’ , karya Muhammad bin Yahya bin Al-Hidza’ At-tamimi (wafat tahun 416 H); manuskrip.
16. Kitab Rijaal Shahih Muslim , karya Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Manjawaih Al-Ashfahani (wafat tahun 247 H); manuskrip.
17. Kitab Rijal Al-Bukhari wa Muslim karya Abul-hasan Ali bin ‘Umar Ad- daruquthni (wafat tahun 385 H); manuskrip.
18. Kitab Rijal AlBukhari wa Muslim , karya Abu Abdillah Al-hakim An- Naisabury (wafat tahun 404 H); telah dicetak.
19. Kitab Al-Jam’I baina Rijalish- Shahihain , karya Abul-Fadll Muhammad bin Thahir Al-Maqdisy (wafat tahun 507 H); dicetak.
20. Kitab Al-Kamal fi Asmaa-ir-Rijaal ,karya Al-Hafidh Abdul Ghani bin Abdil- Wahid AlMaqdisy Al-Jumma'ily (wafat tahun 600 H), termasuk karya tertua yang sampai pada kita yang secra khusus membahas perawi kutub sittah . Kitab ini dianggap sebagai asal bagi orang setelahnya dalam bab ini. Dan sejumlah ulama’ telah melakukan prbaikan dan peringkasan atasnya.
21. Kitab Tahdzibul-Kamal , karya Al- Hafidh Al-Hajjaj Yusuf bin Az-Zaki Al- Mizzi (wafat tahun 742 H).
22. Kitab Tadzkiratul-Huffadh , karya Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin ‘ Utsman Adz-Dzahabi (wafat tahun 748 H).
23. Kitab Tahdzibut-Tahdzib , karya Adz- Dzahabi juga.
24. Kitab Al-Kasyif fii Ma’rifat man Lahu Riwayat fil-Kutubis-Sittah , karya Adz- Dzahabi juga.
25. Kitab Tahdzibut-Tahdzib , karya Al- hafidh Ibnu Hajar Al-‘Atsqalani (wafat tahun 852 H), yang merupakan ringkasan dan prbaikn dari Tahdzibul- Kamal karya Al-Hafidh Al-Mizzi; dan dia adalah kitab yang paling menonjol yang dicetak secara terus-menerus. Di dalamnya Ibnu hajar telh mringkas hal-hal yang perlu diringkas, dan menambah hal-hal yg terlewatkan di kitab asli, dan kitab Kitab Tahdzibut- Tahdzib adalah kitab paling baik dan paling detil.
26. Kitab Taqribut-Tahdzib , karya Ibnu Hajar jga.
27. Kitb Khulashh Tahdzibul-Kamal, krya Shafiyyuddin Ahmad bin Abdillah Al-Khazraji (wafat tahun 934 H).
28. Kitab Ta’jilul-Manfa’ah bi Zawaid Al- Kutub Al-Arba’ah , krya Al-Hafidh Ibnu Hajar Al 'Atsqalany.
29. Kitab Mizaanul-I’tidaal fii Naqdir- Rijaal , karya Al-Hafidh Adz-Dzahabi ( wafat tahun 748 H). dan termasuk kitab yang paling lngkap tentang biografi orang-orangyang di- jarh .
30. Kitab Lisaanul-Mizaan , karya Al- Hafidh Ibnu Hajar Al-‘Atsqalani.
31. Kitab At-Tadzkiratul bir-Rijaal Al-‘ Asyarah , karya Abu Abdillah Muhammad bin Ali Al-Husaini Ad- Dimasyqi (wafat tahun 765 H). Kitab ini mencakup atas biografi sepeuluh perawi dari kitab-kitab hadits, yaitu : al-kutubus-sittah , yang menjadi objek pembahasan pada kitab Tahdzibul-Kamal -nya Al-Mizzi, ditambah empat kitab lagi karya imam empat madzhab : Al-Muwaththa, Musnad Asy- Syafi’I, Musnad Ahmad, Al-Musnad yang diriwayatkan oleh Al-Husain bin Muhammad bin Khasru dari hadits Abu Hanifah. Dan terdapat manuskrip lengkap dari kitab At-Tadzkirah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

www.picasion.com

SAHABAT

TOTAL TAYANGAN KAMI
free hit counter

KLIK MURTOMPANG CITY